Temuan Batu Panah di Mars: Petunjuk Kehidupan Mikroba Purba?

Sebuah penemuan mengejutkan di Planet Merah mengungkapkan kemungkinan adanya jejak kehidupan mikroba purba. Batu berbentuk mata panah yang ditemukan oleh wahana penjelajah NASA, Perseverance, di Kawah Jezero menarik perhatian ilmuwan global, karena memiliki fitur unik yang dapat menunjukkan aktivitas mikroba di Mars miliaran tahun lalu.

Pada Juli tahun lalu, NASA pertama kali mengumumkan penemuan tersebut. Batu yang dinamakan Cheyava Falls, terletak di tepi lembah sungai purba Neretva Vallis, membawa bukti penting yang mengindikasikan bahwa Mars pernah memiliki kondisi berair yang mungkin mendukung kehidupan. Dalam sebuah konferensi yang diadakan di Texas, para ilmuwan mempresentasikan hasil analisis terperinci mengenai struktur dan tanda-tanda kimia pada batu, yang mengarah pada spekulasi tentang kemungkinan kehidupan mikroba di Mars saat itu.

Pengamatan terhadap Cheyava Falls menunjukkan bahwa batuan ini kaya akan zat besi, dengan bintik-bintik berwarna hitam, biru, atau kehijauan yang dikenal sebagai biji poppy. Selain itu, batu ini juga menampilkan bercak-bercak berukuran milimeter yang memiliki tepi gelap, yang disebut bintik macan tutul. Penemuan ini menunjukkan karakteristik yang sama dengan mineral yang terbentuk melalui proses biologis di Bumi.

Berikut adalah beberapa fitur menarik dari penemuan ini yang mungkin mengindikasikan adanya kehidupan mikroba purba:

  1. Kondisi Lingkungan: Batu Cheyava Falls terbentuk di lembah yang diindikasikan pernah dialiri air, yang merupakan syarat kritis bagi kehidupan seperti di Bumi.

  2. Reaksi Kimia: Analisis dari instrumen di Perseverance menunjukkan bahwa reaksi kimia yang terdapat pada batu menyerupai proses respirasi yang biasanya dihasilkan mikroba di Bumi. Hal ini mengindikasikan adanya potensi bahan organik.

  3. Kelembaban dalam Sejarah: Tim ilmuwan memperkirakan Neretva Vallis terbentuk akibat aliran air ribuan tahun lalu. Lumpur yang kaya senyawa organik mungkin mengendap dan mengeras menjadi batu.

  4. Struktur Mineral: Studi mendalam terhadap urat kalsium sulfat menunjukkan bahwa air mungkin pernah mengalir di dalamnya. Meski ada kemungkinan proses non-biologis yang dapat menjelaskan penemuan ini, semua indikasi berkontribusi pada hipotesis bahwa proses biologis menjelaskan tambahan fitur menarik pada batu ini.

Joel Hurowitz, wakil kepala peneliti instrumen PIXL, menjelaskan bahwa untuk mengonfirmasi apakah batu ini benar-benar didorong oleh aktivitas mikroba, penelitian lebih lanjut melalui studi laboratorium dan pemodelan diperlukan. Nasib penemuan tersebut memang menimbulkan rasa penasaran yang besar.

Namun, hingga saat ini, wahana Perseverance tidak dilengkapi dengan instrumen yang khusus untuk mendeteksi kehidupan. Misinya lebih berfokus untuk mengumpulkan sampel berharga yang akan dikembalikan ke Bumi untuk analisis lebih lanjut. Proyek Pengembalian Sampel Mars menghadapi kendala setelah anggaran melonjak menjadi lebih dari $11 miliar, dan NASA kini sedang mencari solusi bersama sektor swasta dan akademisi untuk merevisi rencana tersebut.

Mantan administrator NASA, Bill Nelson, menyampaikan bahwa ada dua opsi untuk membawa pulang 30 tabung sampel, yang termasuk Cheyava Falls. Namun, kedua opsi ini akan memerlukan tambahan dana sebesar $300 juta untuk dapat menjalankan proses peluncuran pada tahun 2030, dengan sampel dijadwalkan kembali ke Bumi antara tahun 2035 dan 2039.

Penemuan batu ini membawa harapan sekaligus pertanyaan besar bagi ilmuwan dalam pencarian mereka akan kehidupan di luar Bumi. Menurut Amy Williams, seorang astrobiolog di University of Florida, jika kehidupan di luar Bumi diidentifikasi, dampaknya akan luar biasa. “Begitu kita melewati batas itu, kita tidak akan bisa kembali,” katanya menggarisbawahi pentingnya penemuan Cheyava Falls dalam ilmu pengetahuan. Temuan ini berpotensi mengubah cara pandang manusia terhadap keberadaan kehidupan di alam semesta.

Exit mobile version