
Gedung Putih baru-baru ini mengajukan permintaan kepada Apple untuk memindahkan produksi iPhone ke Amerika Serikat. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, selaku juru bicara presiden. Leavitt menegaskan keyakinan Presiden mengenai kemampuan AS untuk mendukung produksi dalam negeri, terutama setelah Apple mengumumkan investasi signifikan sebesar $500 miliar. Hal ini sejalan dengan visi Presiden Donald Trump untuk meningkatkan kapasitas produksi nasional guna menghadapi tantangan global.
“Dia yakin kita memiliki tenaga kerja dan sumber daya yang cukup untuk melaksanakan produksi ini. Jika Apple tidak percaya bahwa AS dapat memenuhi kebutuhan produksinya, mereka mungkin tidak akan menginvestasikan uang sebanyak itu,” ujar Leavitt kepada wartawan. Pernyataan ini mencerminkan keinginan Gedung Putih untuk memperkuat perekonomian melalui peningkatan produksi lokal.
Trump pun kembali menegaskan di akun Truth Social-nya bahwa saat ini adalah waktu yang tepat bagi perusahaan-perusahaan besar, termasuk Apple, untuk memindahkan lini produksinya ke Amerika Serikat. Namun, meskipun ada dukungan dari pemerintah, analis teknologi memperingatkan adanya potensi lonjakan harga untuk produk andalan Apple tersebut.
Dan Ives, kepala penelitian teknologi global di Wedbush Securities, mengungkapkan bahwa harga iPhone yang saat ini dijual sekitar $1.000 dapat melambung hingga $3.500 jika diproduksi di AS. “Jika Anda membangun rantai pasokan di AS dengan pabrik di West Virginia dan New Jersey, harga iPhone tersebut bisa mencapai $3.500,” jelas Ives.
Kenaikan harga ini disebabkan oleh kompleksitas ekosistem produksinya. Memindahkan produksi ke AS tidak hanya membutuhkan investasi infrastruktur, tetapi juga melibatkan biaya tenaga kerja yang lebih tinggi. Para pengamat industri memperkirakan bahwa Apple mungkin perlu menghabiskan sekitar $30 miliar dan memakan waktu sekitar tiga tahun untuk memindahkan hanya 10% dari rantai pasokannya ke negara tersebut.
Ini menjadi tantangan besar bagi Apple yang selama ini bergantung pada rantai pasokan global, terutama di Asia, di mana biaya produksi jauh lebih rendah. Dengan memproduksi iPhone secara lokal, Apple harus mempertimbangkan berbagai aspek, mulai dari biaya produksi yang lebih tinggi hingga dampak terhadap harga jual kepada konsumen.
Tentu saja, keputusan untuk memindahkan produksi ke AS tidak akan diambil dengan ringan. Apple harus mempertimbangkan reaksi konsumen, potensi penurunan penjualan akibat peningkatan harga, serta dampak terhadap margin keuntungan perusahaan. Apabila harga produk utamanya naik secara signifikan, konsumen bisa saja beralih ke merek alternatif yang menawarkan produk sejenis dengan harga lebih kompetitif.
Di tengah perdebatan ini, penting bagi Apple untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap keputusan tersebut. Jika Apple berhasil memindahkan sebagian produksinya ke AS, mungkin akan memberikan dampak positif bagi ekonomi lokal, menciptakan lapangan kerja, dan mendukung visi Gedung Putih untuk memprioritaskan produksi dalam negeri. Namun, jika harga iPhone melambung tidak terkendali, Apple juga harus siap menghadapi kemungkinan penurunan popularitas produk mereka di pasar global.
Situasi ini menekankan betapa pentingnya peran teknologi dan industri dalam perekonomian AS, serta bagaimana kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi strategi bisnis perusahaan besar seperti Apple. Dalam konteks ini, langkah yang diambil Apple ke depannya akan menjadi sorotan utama, tidak hanya bagi investor, tetapi juga bagi para pengguna setia produk mereka.