Terungkap: Israel Konsultasi ke AS Sebelum Serangan Mematikan di Gaza

Serangan militer Israel ke Jalur Gaza pada Selasa, 18 Maret 2025, telah menimbulkan korban tewas mencapai 326 orang, dengan banyak lagi yang diperkirakan masih terjebak di bawah reruntuhan bangunan. Hal ini terungkap dari pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh Juru Bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, dalam sebuah wawancara kepada Fox News, di mana ia mengonfirmasi bahwa sebelum melancarkan serangan, Israel telah berkonsultasi dengan pemerintah Amerika Serikat.

Leavitt menjelaskan bahwa konsultasi ini mencakup discussions oleh pemerintahan yang dipimpin oleh mantan Presiden Donald Trump mengenai langkah-langkah strategis yang diambil oleh Israel terhadap Hamas. Ia menekankan bahwa kelompok Hamas, selain dianggap sebagai ancaman bagi Israel, juga berusaha meneror AS dan sekutunya. Pernyataan ini menunjukkan kompleksitas geopolitik yang melibatkan negara-negara besar dalam konflik regional yang berkepanjangan ini.

Berikut adalah beberapa poin penting terkait serangan tersebut:

  1. Kebangkitan Serangan: Militer Zionis melancarkan serangan harian yang intensif, yang telah menargetkan berbagai lokasi di Gaza. Serangan ini diklaim sebagai respons terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Hamas.

  2. Instruksi Tingkat Tinggi: Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, bersama Menteri Pertahanan Israel, Benny Katz, telah memberikan instruksi kepada Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk menjalankan tindakan keras yang berkelanjutan terhadap Hamas, yang mereka anggap sebagai teroris.

  3. Krisis Sandera: Salah satu tujuan utama dari serangan ini adalah untuk memaksa Hamas membebaskan semua sandera yang ditahan. Namun, para pejabat Hamas menyatakan bahwa tindakan kekerasan justru berpotensi membahayakan nasib sandera, termasuk yang berkewarganegaraan AS, yang kini menjadi semakin tidak pasti dan rumit.

  4. Runtuhnya Gencatan Senjata: Serangan ini juga menandai runtuhnya kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Meskipun Hamas menunjukkan keinginan untuk melanjutkan negosiasi menuju gencatan senjata tahap kedua, Israel justru menolak tawaran ini.

  5. Kendala Pendekatan Diplomatik: Taktik militer yang dilancarkan Israel malah menjauhkan kemungkinan gencatan senjata yang lebih permanen. Netanyahu tampaknya lebih fokus pada pembebasan sandera ketimbang mencapai penyelesaian perdamaian yang lebih luas, yang akan menuntut Israel menarik pasukannya dari Gaza.

Tindakan Israel untuk melancarkan serangan ini, meskipun melalui konsultasi dengan AS, telah meningkatkan ketegangan baik di dalam negeri maupun di ranah internasional. Respons keras dari Hamas dan komunitas internasional terhadap serangan ini menunjukkan kekhawatiran yang mendalam atas dampak kemanusiaan yang bisa ditimbulkan.

Di tengah angka korban yang terus bertambah, pemerintahan AS berada di posisi yang sulit dalam menanggapi serangan tersebut. Pressing internal dan tekanan dari sekutu serta organisasi kemanusiaan global memaksa mereka untuk menyeimbangkan antara dukungan terhadap Israel dan kebutuhan mendesak untuk meredakan kekerasan.

Laporan lanjutan diharapkan untuk mencakup lebih banyak data mengenai korban sipil dan analisis menyeluruh tentang dampak dari serangan ini baik di Gaza maupun pada hubungan antara negara-negara di wilayah tersebut. Saat situasi terus berkembang, penting bagi semua pihak untuk tetap fokus pada upaya diplomatik demi perdamaian yang lebih stabil dan menyeluruh.

Berita Terkait

Back to top button