Tide Eye: Inovasi Canggih Pantau Banjir Rob Berbasis Data

Banjir rob yang kerap melanda wilayah pesisir Indonesia menjadi salah satu tantangan serius yang harus dihadapi masyarakat. Dalam upaya mitigasi bencana ini, inovasi baru hadir melalui teknologi yang dikenal sebagai Tide Eye. Sistem monitoring berbasis data ini dikembangkan oleh Miftadi Sudjai, seorang akademisi senior dari Telkom University, dan bertujuan untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat terkait kenaikan air yang disebabkan oleh banjir rob.

Tide Eye, yang memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) dan Internet of Things (IoT), dirancang untuk memantau kondisi banjir secara real-time. Miftadi Sudjai menjelaskan bahwa sistem ini memiliki dua fungsi utama: pertama, memantau muara sungai untuk mengukur fluktuasi ketinggian air, dan kedua, mengawasi banjir yang diakibatkan oleh hujan dan luapan sungai. Informasi yang diperoleh dari pengukuran ini diperbarui setiap 15 menit dan ditampilkan dalam bentuk grafik yang mudah dipahami, sehingga memungkinkan masyarakat untuk mengambil langkah-langkah yang tepat sebagai respon terhadap potensi bencana.

Ketangguhan sistem Tide Eye juga terlihat dalam upaya pelatihan yang dilakukan oleh tim pengembang. Mereka memberikan pendidikan kepada masyarakat, khususnya ibu-ibu, tentang cara membaca dan memahami data yang ditampilkan. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat sehingga mereka lebih siap menghadapi bencana sebelum dampaknya meluas.

Sebagai bentuk komitmen yang lebih kuat, tim Tide Eye telah berkolaborasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang untuk pengembangan lebih lanjut dari teknologi ini. Diskusi antara tim pengembang dan BPBD bertujuan agar teknologi yang dihadirkan tidak hanya berfungsi sebagai alat peringatan dini, tetapi juga menjadi bagian integral dalam pengambilan keputusan strategis dalam manajemen bencana. Menurut Miftadi, data yang dihasilkan oleh Tide Eye bersifat operasional dan dapat digunakan oleh berbagai pihak dalam penanganan darurat.

Abdul Muhari, PhD, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Bencana BNPB, menyoroti dua aspek penting dalam pengelolaan bencana: mitigasi prabencana dan kontingensi yang mencakup periode sebelum dan sesudah bencana. Dalam konteks ini, penggunaan data real-time, yang dikumpulkan dalam sistem Tide Eye, menjadi kritikal. Abdul menekankan bahwa data yang lebih rinci tentang risiko bencana dapat membantu mengoptimalkan teknologi seperti Tide Eye agar lebih efektif dalam penanggulangan bencana.

Dini Maghfirra, Direktur Eksekutif Satu Data Indonesia dari Kementerian PPN/Bappenas, juga menekankan pentingnya keakuratan data. Melalui program Satu Data, upaya kolaborasi dengan berbagai kementerian dan lembaga dilakukan agar data yang dihasilkan memiliki kualitas tinggi dan dapat digunakan secara efektif. Salah satu hasil kolaborasi ini adalah Portal Satu Data Bencana, yang menyediakan informasi akurat bagi pihak-pihak yang membutuhkan dalam menangani bencana.

Untuk tanggal 18 Februari 2025, Tide Eye diperkenalkan dalam sesi diskusi panel pada acara Indonesia Data and Economic Conference (IDE) di Jakarta. Inovasi ini diharapkan mampu memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan sistem mitigasi bencana di Indonesia, terutama di daerah yang rentan terhadap bencana banjir rob. Dengan sistem yang lebih akurat dan data yang diperoleh secara real-time, diharapkan Indonesia dapat lebih siap menghadapi berbagai tantangan bencana yang mungkin terjadi di masa depan.

Dengan semakin berkembangnya teknologi, potensi sistem seperti Tide Eye dalam menghadapi bencana alam semakin terlihat. Sistem ini bukan hanya menawarkan pemantauan ketinggian air, tetapi juga menciptakan sinergi antara berbagai pihak dalam upaya mitigasi bencana, sehingga memperkuat ketahanan masyarakat terhadap bencana di masa mendatang.

Berita Terkait

Back to top button