Dunia

Tim Trump Singkirkan Batu Bulan Misi Apollo 17 dari Ruang Oval!

Sebuah langkah mengejutkan dilakukan oleh tim Donald Trump dengan memindahkan batu bulan yang merupakan sampel dari misi Apollo 17 dari Ruang Oval Gedung Putih. Batu tersebut sebelumnya dipajang di ruang bersejarah ini selama empat tahun terakhir, dan pengumuman mengenai pemindahannya dikonfirmasi oleh seorang juru bicara NASA melalui email yang dikirim kepada collectSPACE.com.

Batu bulan yang dipindahkan ini diambil oleh astronaut Apollo 17 pada tahun 1972 dan dipamerkan sebagai simbol pencapaian luar biasa NASA dalam penelitian antariksa. Pijakan batu tersebut di Ruang Oval diharapkan dapat menginspirasi generasi mendatang untuk terus mengembangkan eksplorasi luar angkasa, khususnya dalam persiapan misi kembali ke bulan dan melanjutkan perjalanan ke Mars. Sebuah plakat di bawah batu tersebut menggambarkan maksud dari pajangan ini.

Keputusan untuk memindahkan batu bulan tersebut memunculkan spekulasi mengenai arah kebijakan luar angkasa yang diambil oleh Presiden Trump. Dalam pidato pelantikannya pada 20 Januari, Trump menegaskan komitmennya untuk membawa Amerika Serikat ke luar angkasa dan mengirim astronaut Amerika ke Mars. Namun, tidak adanya penyebutan bulan dalam pernyataan tersebut membuat banyak pihak mempertanyakan apakah misi ke bulan masih akan menjadi fokus pemerintahan Trump.

Berkaitan dengan hal ini, beberapa penasihat Trump, termasuk CEO SpaceX Elon Musk, telah mendorong langkah langsung menuju Mars, sementara Jared Isaacman, yang dipilih sebagai calon Administrator NASA oleh Trump, pernah menyatakan visi bahwa manusia akan berjalan di bulan dan Mars. Namun, pernyataan tersebut dibuat sebelum pelantikan presiden yang saat ini.

Batu bulan yang dipindahkan sebelumnya dijaga dalam wadah kaca dengan alas putih di Ruang Oval sejak tahun 2021. Meskipun belum ada kejelasan mengenai alasan di balik pemindahan batu bulan tersebut, ada kemungkinan keputusan ini berkaitan dengan kebutuhan untuk menghapus simbol-simbol pemerintahan sebelumnya. Hal ini terlihat dengan kembalinya guci yang dulu ditempatkan di Ruang Oval pada masa pemerintahan Trump.

Sementara itu, potret Benjamin Franklin, yang ditambahkan oleh Presiden Joe Biden sebagai simbol dukungan terhadap ilmu pengetahuan, masih tetap berada di Ruang Oval. NASA dan Biden menunjukkan antusiasme terhadap keberadaan batu bulan tersebut. Reid Wiseman, astronaut NASA yang ditugaskan untuk misi Artemis II, menyatakan kepuasannya saat melihat batu tersebut di Ruang Oval dan menggambarkan pentingnya simbol tersebut dalam konteks eksplorasi luar angkasa.

Joe Biden adalah presiden kedua yang memilih untuk menampilkan batu bulan di Ruang Oval, setelah Bill Clinton yang menempatkan sampel Apollo 11 pada tahun 1999. Clinton lebih jauh memanfaatkan keberadaan batu tersebut untuk diplomasi dalam pernyataannya tentang pentingnya kerja sama untuk mencapai solusi terbaik, mengingat usia batu bulan tersebut yang mencapai 3,6 miliar tahun.

Pengalaman batu bulan di Gedung Putih bukanlah hal baru. Saat masa pemerintahan Trump, sampel batu Apollo 17 juga digunakan dalam penandatanganan Arahan Kebijakan Luar Angkasa 1 yang menekankan penempatan astronaut kembali ke bulan sebelum melanjutkan eksplorasi ke Mars. Dengan kembali hilangnya salah satu simbol penting dari misi antariksa, masa depan eksplorasi luar angkasa AS di bawah kepemimpinan saat ini tetap menjadi perdebatan hangat di kalangan pengamat dan pelaku industri.

Guntur Wibowo adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button