
Tohjaya, anak Ken Arok dari selir Ken Umang, memiliki sejarah yang tak terpisahkan dari Kerajaan Singasari. Dia dikenal sebagai figur yang kontroversial, khususnya setelah tindakan brutalnya membunuh Raja Anusapati, yang merupakan kakak tirinya. Peristiwa ini menandai tonggak sejarah kelam dalam dinasti Singasari, di mana Tohjaya berjuang untuk merebut tahta kerajaan.
Menurut kitab Pararaton, yang merupakan salah satu sumber sejarah penting terkait masa pemerintahan Singasari, Tohjaya tercatat sebagai anak kandung Ken Arok dan Ken Umang. Ken Arok sendiri adalah pendiri dinasti, sementara Ken Dedes adalah istri pertamanya. Meskipun nama Tohjaya terterah dalam beberapa sumber sejarah, kitab Negarakretagama yang ditulis semasa dengan kejayaan Majapahit justru tidak menyebutkan namanya. Ini menimbulkan pertanyaan mengenai posisi Tohjaya dalam sejarah dan legitimasi pemerintahannya.
Tohjaya muncul dalam sejarah sebagai penguasa Tumapel, yang dikenal sebagai Singasari, setelah membunuh Anusapati. Kejadian ini terjadi saat keduanya tengah menikmati pertandingan sabung ayam. Hal ini menunjukkan bagaimana politik dan kekerasan saling terkait dalam penguasaan tahta pada masa itu. Tohjaya menantang dan membunuh saudara tirinya, meraih kontrol atas kerajaan yang sebelumnya dikuasai Anusapati.
Temuan penting mengenai Tohjaya dapat dilihat dalam Prasasti Mula Malurung yang diterbitkan oleh Kertanagara, yang merupakan ayah Tohjaya, pada tahun 1255. Dalam prasasti tersebut, nama Tohjaya muncul, menunjukkan bahwa dia adalah sosok yang diakui keberadaannya dalam sejarah, meskipun ada perdebatan mengenai kedudukannya sebagai penguasa Tumapel atau kerajaannya sendiri yang lebih terikat dengan Kediri. Dalam prasasti itu, Tohjaya dinyatakan sebagai raja Kediri yang menggantikan adiknya yang bernama Guningbhaya, menambah kerumitan yang ada dalam narasi sejarahnya.
Ada beberapa hal menarik yang perlu dicatat mengenai Tohjaya dan dinastinya:
Kedudukan dalam Sejarah: Tohjaya tidak dicatat dalam kitab Negarakretagama, tetapi muncul dalam Prasasti Mula Malurung. Ini menunjukkan adanya kebingungan dan kontroversi dalam penamaan dan penulisan sejarah.
Tindak Kekerasan: Pembunuhan Anusapati menunjukkan betapa pentingnya kekuasaan bagi Tohjaya, yang rela melakukan tindakan yang sangat brutal demi merebut kekuasaan.
Hubungan Keluarga: Sebagai anak Ken Arok, Tohjaya merupakan bagian dari sejarah besar Kerajaan Singasari, namun tindakannya berlawanan dengan semangat persaudaraan di dalam keluarga kerajaan.
Warisan Sejarah: Meski ada pertikaian mengenai statusnya sebagai raja, keberadaan Tohjaya tetap menjadi bagian penting dari sejarah kerajaannya yang kompleks dan penuh intrik.
- Pengaruh dalam Kerajaan Kediri: Setelah menjabat sebagai raja, Tohjaya menciptakan dampak yang signifikan dalam transisi kekuasaan antara Singasari dan Kediri, serta generasi berikutnya di dinasti tersebut.
Keberadaan Tohjaya sebagai sosok penting tidak hanya terlihat dari tindakan politiknya, tetapi juga dari bagaimana dia merepresentasikan kekacauan dan konflik yang sering terjadi dalam dinasti kerajaan di Nusantara pada masa itu. Sumber-sumber sejarah menunjukkan bahwa penguasa pada masa itu tidak hanya berjuang untuk kekuasaan, tetapi juga berhadapan dengan tantangan familial dan legitimasi kekuasaan yang kerap kali berujung pada pertikaian berdarah.
Dengan demikian, sejarah Tohjaya mengingatkan kita pada kerumitan dan intrik yang menyelimuti perjalanan kerajaan di Indonesia, di mana satu tindakan bisa merubah arah sejarah dan mendefinisikan abadi seseorang dalam ingatan publik.