Skandal penipuan yang melibatkan eFishery, sebuah startup aqua-tech teratas di Indonesia, telah mencoreng citra industri startup yang selama ini dikhawatirkan. Dikenal sebagai unicorn dengan prestasi gemilang, eFishery kini berada dalam sorotan setelah pemecatan CEO-nya yang terkait dengan dugaan penyalahgunaan keuangan. Dalam artikel ini, kita akan membahas total kerugian yang diakibatkan oleh skandal ini dan nama-nama investor yang merasakan dampaknya secara langsung.
Didirikan pada tahun 2013 dan meraih pendanaan sebesar US$108 juta, eFishery sempat disanjung sebagai pelopor dalam segmen teknologi perikanan di Indonesia. Namun, dugaan penipuan yang melibatkan dana perusahaan mulai terungkap. Berdasarkan laporan keuangan yang diungkap oleh Bloomberg News, eFishery melaporkan keuntungan yang tampaknya tidak sesuai dengan realitas; mereka amplifikasi keuntungan mencapai US$16 juta dari total pendapatan US$752 juta antara Januari hingga September 2024. Realitanya, perusahaan justru mengalami kerugian sebesar US$35,4 juta dengan pendapatan hanya mencapai US$157 juta selama periode tersebut. Secara keseluruhan, kerugian kumulatif eFishery dari Januari hingga November 2024 dilaporkan mencapai US$152 juta.
Salah satu aspek mencolok dari skandal ini adalah penggelapan dana yang diperkirakan mencapai hampir US$600 juta atau sekitar Rp 9,8 triliun pada tahun 2024. Situasi tersebut menciptakan gelombang ketidakpercayaan di kalangan investor dan masyarakat terhadap operasional eFishery.
Investor yang dirugikan tidak sedikit. Patrick Waluyo, Co-Founder & Co-Managing Partner Northstar Group, adalah salah satu investor besar eFishery yang berbicara terbuka tentang krisis ini. Ia menyatakan bahwa skandal ini sangat memalukan dan merusak reputasi komunitas startup Indonesia secara keseluruhan. Northstar Group sendiri terlibat dalam pendanaan pada putaran seri C dan D untuk eFishery, menempatkan mereka dalam posisi vulnerabilitas karena skandal ini.
Selain Northstar Group, Vision Fund juga telah melaporkan kerugian akibat investasi mereka di eFishery pada tahun 2022. Keterlibatan berbagai pihak dalam skandal ini menunjukkan bahwa dampak penipuan tidak hanya terbatas pada kerugian finansial, tetapi juga merusak hubungan bisnis yang telah terjalin.
Daftar beberapa investor yang dirugikan oleh skandal ini mencakup:
- Patrick Waluyo – Co-Founder & Co-Managing Partner Northstar Group.
- Vision Fund – Lembaga investasi populer yang terlibat sejak awal.
- Investor lain – Berbagai nama yang sebelumnya enggan untuk dibuka kepada publik namun terpengaruh baik secara finansial maupun reputasi.
Seiring dengan pengembangan penyelidikan lebih lanjut mengenai praktik akuntansi eFishery, banyak pihak berspekulasi tentang dampak jangka panjang dari kasus ini terhadap industri startup di Indonesia. Ketidakpastian yang ditimbulkan dapat membatasi investor untuk menyalurkan dananya ke startup yang baru muncul, sehingga memperlambat inovasi dan ekosistem kewirausahaan yang selama ini tumbuh pesat.
Salah satu hitungan terpenting dalam industri ini adalah bagaimana nilai kepercayaan bisa dipulihkan setelah skandal besar seperti ini. Dengan masih banyaknya informasi yang perlu diungkap, perkembangan ke depan terkait eFishery dan langkah-langkah yang diambil oleh regulator dan investor akan menjadi faktor krusial dalam menentukan nasib beberapa startup dan industri secara keseluruhan. Keberanian para investor untuk terus maju serta kemampuan startup dalam mengatasi tantangan yang ada akan sangat diperhatikan oleh para pelaku pasar.