
Sembilan pekerja amal tewas dan beberapa lainnya mengalami luka-luka dalam serangan udara yang dilakukan oleh militer Israel di Beit Lahia, Gaza utara, pada Senin (23/10/2023). Laporan ini disampaikan oleh Kantor Media Pemerintah Gaza dan menjadi insiden paling mematikan sejak diterapkannya gencatan senjata pada bulan Januari tahun ini.
Menurut data yang diterima dari Kementerian Kesehatan Gaza, semua korban adalah pekerja kemanusiaan yang sedang menjalankan misi bantuan di tempat penampungan dan pusat pengungsian. Beberapa dari mereka yang terluka dalam serangan tersebut telah dilarikan ke Rumah Sakit Indonesia di Gaza untuk mendapatkan perawatan medis.
Ismail Thawabta, Direktur Jenderal Kantor Media Pemerintah Hamas, mengecam aksi tersebut sebagai "pembantaian mengerikan." Ia menggarisbawahi bahwa menargetkan warga sipil yang tak bersenjata, apalagi mereka yang berusaha memberikan bantuan kepada para pengungsi dan tunawisma, merupakan pelanggaran serius terhadap hukum internasional dan prinsip-prinsip kemanusiaan. "Serangan ini menunjukkan bahwa keselamatan pekerja kemanusiaan tidak dijamin bahkan di tengah upaya mereka untuk membantu orang-orang yang membutuhkan," ujarnya.
Pihak militer Israel, melalui pernyataan resmi Pasukan Pertahanan Israel (IDF), menyebutkan bahwa mereka menargetkan dua individu yang mereka klaim sebagai "teroris" yang beroperasi di wilayah tersebut dan diduga terlibat dalam pengoperasian drone yang dapat mengancam pasukan Israel. IDF menambahkan bahwa setelah serangan tersebut, beberapa teroris dilaporkan mengumpulkan peralatan pengoperasian drone dan memasukkannya ke dalam kendaraan sebelum mereka diserang.
Berikut adalah sejumlah fakta terkait serangan ini:
- Jumlah Korban: Sembilan pekerja amal tewas, dengan beberapa lainnya terluka parah.
- Lokasi Serangan: Beit Lahia, Gaza utara, yang merupakan lokasi dengan banyak tempat penampungan dan pusat pengungsian.
- Respon Kesehatan: Korban yang terluka dilarikan ke Rumah Sakit Indonesia di Gaza untuk perawatan.
- Pernyataan Hamas: Sejumlah pejabat Hamas mengutuk serangan tersebut dan menekankan pelanggaran terhadap hukum internasional.
- Pendapat Militer Israel: IDF menjelaskan serangan tersebut sebagai respons terhadap ancaman yang mereka identifikasi dari individu yang beroperasi di wilayah tersebut.
Operasi militer Israel di Gaza terus berlanjut meskipun sebelumnya telah ada gencatan senjata. Menurut IDF, mereka mengklaim bahwa operasi yang masih berjalan ini adalah respons terhadap ancaman terhadap pasukan mereka atau pelanggaran gencatan senjata yang dilakukan oleh Hamas. Namun, banyak laporan dari organisasi internasional menunjukkan bahwa meskipun jumlah korban tewas dalam konflik secara keseluruhan telah menurun, serangan terhadap pekerja kemanusiaan dan warga sipil masih menjadi masalah yang memprihatinkan.
Kejadian tragis ini menunjukan pentingnya perlindungan bagi pekerja kemanusiaan di zona konflik. Banyak organisasi internasional menyerukan perlunya jaminan keamanan bagi mereka yang berjuang untuk memberikan bantuan kepada yang kurang beruntung, terutama di wilayah-wilayah yang terperosok dalam konflik berkepanjangan seperti Gaza.
Insiden di Beit Lahia ini tidak hanya menimbulkan duka bagi keluarga yang kehilangan orang tercintanya, tetapi juga memberikan implikasi serius terhadap upaya kemanusiaan di wilayah tersebut. Dukungannya sangat diperlukan bagi para pekerja yang berisiko tinggi dalam menjalankan misi mulia mereka amid ketegangan yang terus berlanjut di Gaza.