Tragedi di Gaza: Serangan Israel Tewaskan 27 Orang di Sekolah

GAZA – Dalam serangkaian serangan udara yang dilancarkan oleh militer Israel, setidaknya 27 warga Palestina dilaporkan tewas dalam serangan yang ditargetkan terhadap sekolah Dar al-Arqam di distrik Tuffah, Kota Gaza, pada hari Kamis. Sekolah tersebut berfungsi sebagai tempat penampungan untuk keluarga-keluarga yang telah mengungsi akibat konflik yang berkepanjangan di wilayah tersebut. Selain korban jiwa, puluhan orang lainnya mengalami luka-luka dalam insiden tragis ini.

Militer Israel, melalui pernyataan resmi, mengklaim bahwa mereka menargetkan “teroris terkemuka” yang beroperasi di pusat komando dan kendali Hamas di area tersebut, namun tidak menyebutkan sekolah sebagai sasaran serangan. Juru bicara badan Pertahanan Sipil yang dikelola Hamas, Mahmoud Bassal, mengungkapkan bahwa di antara korban tewas terdapat anak-anak dan perempuan, termasuk seorang perempuan hamil tua yang kehilangan beberapa anggota keluarganya akibat serangan itu.

Saksi mata di lokasi kejadian menceritakan moment-moment mengerikan saat serangan terjadi. “Saya sedang tidur ketika tiba-tiba diguncang oleh ledakan hebat,” kata seorang saksi yang meminta namanya dirahasiakan. Video yang diunggah setelah kejadian menunjukkan bagaimana anak-anak yang terluka dilarikan ke rumah sakit Al-Ahli dengan tergesa-gesa, menambah deretan panjang tragedi kemanusiaan di Gaza.

Selama 24 jam sebelum serangan di sekolah Dar al-Arqam, Kementerian Kesehatan Gaza mencatat setidaknya 97 orang tewas dalam serangan udara yang dilakukan oleh Israel di tempat lain di wilayah tersebut. Dengan meningkatnya ketegangan, serangan darat Israel juga semakin meluas, dan juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Brigjen Effie Defrin, menyatakan bahwa operasi militer mereka telah “berkembang ke tahap lain.” Penyerangan ini merupakan bagian dari upaya Israel untuk merebut kontrol dari wilayah-wilayah yang dikuasai oleh Hamas.

Kronologi serangan baru-baru ini menunjukkan bahwa dalam waktu dua minggu terakhir, pasukan Israel telah menyerang lebih dari 600 “target teroris” di Gaza, dengan klaim telah melenyapkan lebih dari 250 teroris. Namun, PBB melaporkan bahwa peningkatan serangan ini telah memaksa lebih dari 100.000 warga Palestina untuk mengungsi, dengan situasi kemanusiaan yang semakin memburuk.

Seiring dengan serangan tersebut, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa tekanan militer akan memaksa Hamas untuk membebaskan 59 sandera yang masih ditahan oleh kelompok tersebut. Meskipun Netanyahu mengusulkan negosiasi untuk gencatan senjata, Hamas menolak untuk terlibat dengan rencana tersebut. Mereka menyatakan bahwa mereka lebih memilih alternatif yang diusulkan oleh mediator lain seperti Qatar dan Mesir.

Selain itu, laporan terbaru dari IDF menunjukkan bahwa mereka saat ini sedang menyelidiki insiden yang melibatkan kematian 15 pekerja darurat Palestina di dekat Rafah. Seorang juru bicara IDF mengatakan bahwa mereka berkomitmen untuk memperoleh semua fakta terkait kejadian tersebut, dan siap meminta pertanggungjawaban jika ada kesalahan yang dilakukan oleh pasukan mereka.

Dalam konteks yang lebih luas, serangan-serangan ini merupakan bagian dari respons Israel terhadap serangan lintas batas yang terjadi pada 7 Oktober 2023, yang menyebabkan banyak korban jiwa. Sejak saat itu, lebih dari 50.520 warga Gaza telah tewas, menandai salah satu periode paling mematikan dalam sejarah konflik antara kedua belah pihak.

Dalam menghadapi krisis kemanusiaan yang semakin parah, vaksinasi dan bantuan internasional sangat dibutuhkan untuk membantu warga sipil yang terjebak dalam pertikaian yang terus berkepanjangan ini.

Berita Terkait

Back to top button