Tren PHK Melonjak! Saatnya Tingkatkan Pemberdayaan Perempuan

Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Berdasarkan data dari Kementerian Ketenagakerjaan, sebanyak 80.000 pekerjaan telah hilang pada tahun 2024, dan angka ini diprediksi akan melonjak hingga 280.000 orang dalam waktu dekat. Salah satu sektor yang paling terdampak adalah industri tekstil, di mana mayoritas pekerjanya adalah perempuan. Dalam konteks ini, upaya pemberdayaan perempuan menjadi sangat penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, menekankan perlunya langkah-langkah konkret untuk pemberdayaan perempuan guna menghadapi dampak negatif dari PHK. "Sejumlah langkah antisipasi dalam bentuk pemberdayaan masyarakat, terutama perempuan, harus segera dilakukan menyusul terjadinya PHK di beberapa sektor usaha di Tanah Air," ujarnya dalam keterangan tertulis beberapa waktu lalu.

PHK yang meningkat berpotensi menambah beban bagi perempuan—baik sebagai tulang punggung keluarga maupun sebagai individu yang kehilangan sumber pendapatan. Menurut Lestari, perempuan yang kehilangan pekerjaan harus mendapat perhatian lebih agar mereka dapat mengembangkan keterampilan dan tetap produktif demi menopang perekonomian keluarga.

Pentingnya pemberdayaan perempuan juga berkaitan dengan pencegahan masalah sosial yang bisa muncul akibat PHK. Tanpa langkah-langkah preventif, lonjakan PHK ini dapat memicu permasalahan serius seperti meningkatnya angka kekerasan dalam rumah tangga yang secara langsung berdampak pada perempuan dan anak-anak. Oleh sebab itu, peningkatan keterampilan bagi perempuan harus menjadi prioritas.

Dalam pandangan Moerdijat, langkah pemberdayaan perempuan bukan sekadar solusi jangka pendek, tetapi juga investasi jangka panjang bagi ekonomi Indonesia. "Jika lebih banyak perempuan memiliki skill yang relevan dengan kebutuhan industri, mereka tidak hanya bisa bertahan di tengah krisis tetapi juga dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional," tegasnya.

Berikut adalah beberapa upaya konkret yang dapat dilakukan untuk memberdayakan perempuan di tengah tren PHK yang meningkat:

  1. Pelatihan Keterampilan: Mengadakan program pelatihan bagi perempuan untuk meningkatkan keterampilan kerja yang sesuai dengan permintaan pasar.

  2. Dukungan Modal Usaha: Menyediakan akses kepada perempuan untuk mendapatkan modal usaha, sehingga mereka dapat memulai atau mengembangkan bisnis mereka sendiri.

  3. Kampanye Kesadaran: Meluncurkan kampanye untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pemberdayaan perempuan dalam perekonomian, dan menyoroti peran mereka sebagai mitra dalam pembangunan.

  4. Kolaborasi dengan Sektor Swasta: Menjalin kerja sama antara pemerintah dan sektor swasta untuk menciptakan peluang kerja yang lebih luas bagi perempuan.

  5. Pemberian Insentif: Menawarkan insentif bagi perusahaan yang mengambil perempuan sebagai karyawan baru atau menyelenggarakan program pelatihan bagi mereka.

Implementasi dari langkah-langkah ini bukan hanya bertujuan untuk membantu perempuan yang saat ini terimbas PHK, tetapi juga untuk menciptakan ekosistem yang lebih mendukung bagi perempuan di lingkungan kerja. Hal ini akan memungkinkan lebih banyak perempuan untuk mengambil peran aktif dalam perekonomian dan masyarakat.

Dengan kondisi yang ada saat ini, kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat menjadi sangat penting untuk mengatasi dampak negatif dari PHK yang terus meningkat. Mengedepankan upaya pemberdayaan perempuan akan menjadi kunci untuk tidak hanya mengurangi dampak PHK, tetapi juga untuk membangun bangsa yang lebih kuat dan berdaya saing.

Exit mobile version