Trump Ingin Batalkan Pertemuan dengan Zelensky, Macron Tindak Cepat!

Presiden Amerika Serikat Donald Trump dilaporkan memiliki rencana untuk membatalkan pertemuan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang dijadwalkan berlangsung pada hari Jumat, 28 Februari 2025. Keputusan Trump ini muncul meskipun sebelumnya telah ada persiapan dan harapan untuk pertemuan itu, yang menjadi penting dalam konteks hubungan antara AS dan Ukraina. Informasi terkini yang dikumpulkan dari berbagai sumber menunjukkan bahwa pemanggilan Presiden Prancis Emmanuel Macron oleh Zelensky mungkin menjadi faktor penentu untuk mengalihkan keputusan Trump.

Sumber diplomatik Prancis yang dikutip oleh BFMTV mengungkapkan bahwa setelah mendengar bahwa Trump berencana membatalkan pertemuan, Zelensky langsung menghubungi Macron dan meminta intervensi. Sebelumnya, Zelensky melakukan kunjungan ke AS untuk menghadiri upacara penandatanganan perjanjian terkait pengelolaan tanah langka dan sumber daya alam lainnya. Trump menyebut perjanjian tersebut sebagai bentuk pembayaran kembali atas dukungan yang telah diberikan oleh Amerika Serikat kepada Ukraina.

Dalam proses persiapan pertemuan ini, mereka menyiapkan dokumen yang akan ditandatangani oleh pejabat tingkat kabinet, yang mencakup kesepakatan kerangka kerja antara kedua negara. Pernyataan dari Trump menjelang kunjungan Zelensky menunjukkan bahwa dia bersedia untuk mengadakan pertemuan, namun situasi ini menunjukkan adanya ketegangan dalam komunikasi kedua belah pihak. Trump sendiri mencatat, “Saya dengar dia akan datang pada hari Jumat. Tentu saja, saya setuju, jika dia mau,” menandakan bahwa ada ambiguitas mengenai keseriusan pertemuan tersebut.

Tak lama setelah urusan dengan Zelensky berkembang, Macron berkunjung ke AS, yang dianggap sebagai langkah strategis untuk mencegah Trump menjauh dari masalah konflik di Ukraina. Pihak pemerintahan Trump telah menegaskan bahwa mereka tidak akan terlibat dengan pasukan Amerika dan NATO dalam situasi keamanan pasca-gencatan senjata di wilayah tersebut. Perubahan rencana pertemuan ini terjadi di tengah kritik dari beberapa pihak yang merasa bahwa pertemuan Macron-Trump bisa menjadi “pemborosan waktu” dan meninggalkan banyak hal yang tak terjawab.

Adanya ketegangan antara Zelensky dan Trump semakin mencuat ketika masalah kesepakatan mineral dibahas. Pada titik tertentu, Zelensky menolak untuk menandatangani tawaran awal dari Menteri Keuangan AS Scott Bessent, yang menyebabkan munculnya ketegangan lebih lanjut antara kedua negara. Dalam dialog publik, Zelensky berusaha untuk menantang posisi Trump, tetapi hal ini justru memicu tanggapan negatif terhadapnya, di mana Trump menyebutnya “diktator tanpa pemilihan” dengan tingkat dukungan publik yang rendah.

Dokumen yang dijadwalkan untuk disetujui pada hari Jumat ini menyatakan niat kedua negara untuk bekerja sama dalam mendirikan dana khusus investasi di Ukraina. Meskipun tetap ada kritik mengenai kurangnya jaminan keamanan yang diinginkan oleh Ukraina, Zelensky menyatakan bahwa dia merasa persyaratan yang dia ajukan telah mengalami peningkatan. “Meskipun tidak mencakup semua jaminan keamanan yang ingin dilihat Ukraina, saya ingin agar mencakup setidaknya satu kalimat tentangnya, dan memang demikian,” ujar Zelensky.

Selanjutnya, pernyataan dari Trump menegaskan bahwa kesepakatan mineral ini sudah dianggap sebagai bentuk jaminan yang cukup untuk Ukraina. Dalam sebuah konferensi pers dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, Trump menyatakan bahwa kesepakatan ini dapat menjadi solusi bagi Ukraina dan mengindikasikan bahwa kehadiran AS di Ukraina sangat diperhitungkan.

Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin memberikan respon terhadap potensi kesepakatan tersebut dengan menekankan bahwa Rusia memiliki sumber daya yang jauh lebih banyak daripada Ukraina dan siap untuk bekerja sama dengan AS dalam pengembangan deposit mineral tanah langka. Hal ini menambah dimensi baru dalam konteks geopolitik yang melibatkan Ukraina, AS, dan Rusia, serta memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai tantangan yang dihadapi oleh kedua pemimpin dalam menciptakan stabilitas dan kerjasama di kawasan tersebut.

Exit mobile version