Dunia

Trump Klaim Putin Dukung Usulan Pengurangan Stok Nuklir AS-Rusia

Presiden Amerika Serikat Donald Trump baru-baru ini mengungkapkan klaim bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin mendukung gagasan pengurangan stok senjata nuklir antara AS dan Rusia. Dalam sebuah pernyataan yang disampaikan melalui video di Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss, Trump menekankan niatnya untuk mengadakan pembicaraan lebih lanjut mengenai isu ini, tidak hanya dengan Rusia tetapi juga dengan China.

Trump mengungkapkan keyakinannya bahwa Presiden Putin juga ingin mengurangi persediaan senjata nuklir, mencatat percakapan yang pernah terjadi antara mereka menjelang Pemilu AS pada tahun 2020. "Saya dapat memberi tahu Anda bahwa Presiden Putin ingin melakukannya, dia dan saya ingin melakukannya," ujarnya. Pernyataan ini menunjukkan harapan Trump agar negara-negara adikuasa bisa terlibat dalam negosiasi untuk mengurangi senjata nuklir demi stabilitas global.

Ada beberapa poin penting yang diangkat Trump selama pernyataannya:

  1. Pentingnya Pembicaraan Internasional: Trump menekankan pentingnya melibatkan China dalam pembicaraan pengurangan tersimpan senjata nuklir. Menurutnya, jika ketiga negara besar ini bisa bersepakat, ini akan menjadi kemajuan besar bagi dunia.

  2. Biaya Pertahanan Senjata Nuklir: Dalam pernyataannya, Trump mencatat bahwa biaya yang dikeluarkan untuk mempertahankan arsenal nuklir sangat besar. "Jumlah uang yang sangat besar dihabiskan untuk nuklir, dan kemampuan destruktifnya adalah sesuatu yang bahkan tidak ingin kami bicarakan," ungkapnya, menyoroti kebutuhan untuk mencari solusi yang lebih ekonomis dan aman.

  3. Perjanjian Terkait Senjata Nuklir: Trump merujuk pada perjanjian New START, satu-satunya pakta pengendalian senjata strategis antara Rusia dan AS, yang mengharuskan kedua negara untuk memangkas hulu ledak nuklir mereka hingga tingkat terendah dalam beberapa dekade. Perjanjian ini telah diperpanjang hingga 2026, meskipun status partisipasi Rusia dalam kesepakatan ini kini menjadi tanda tanya setelah negara tersebut menangguhkan partisipasinya akibat dukungan militer AS kepada Ukraina.

  4. Perubahan Doktrin Nuklir Rusia: Seiring dengan meningkatnya ketegangan internasional, Rusia telah memperbarui doktrin nuklirnya. Doktrin ini kini menyatakan bahwa agresi oleh negara non-nuklir dapat dianggap sebagai "serangan bersama" terhadap Rusia. Hal ini menunjukkan bahwa Kremlin tetap waspada terhadap potensi ancaman di sekitarnya, terutama di tengah ketegangan dengan Barat.

  5. Kekhawatiran Kenaikan Ketegangan: Rusia telah memperingatkan tentang kemungkinan adanya respons proporsional terhadap apa yang mereka anggap sebagai provokasi dari AS, terutama menyangkut penumpukan militer di dekat perbatasan Rusia. Dalam situasi ini, dialog dan perundingan menjadi sangat penting untuk menghindari eskalasi yang tidak diinginkan.

Meskipun langkah Trump untuk mencapai kesepakatan pengurangan senjata nuklir dianggap positif oleh beberapa pihak, tantangan masih banyak. Ketegangan yang berkembang antara AS dan Rusia, serta isu-isu regional lainnya, memberikan nuansa kompleks pada dialog yang diinginkan. Masyarakat internasional kini menantikan perkembangan lebih lanjut mengenai pembicaraan ini dan bagaimana tiga kekuatan besar ini akan merespons kebutuhan denuklirisasi di masa depan.

Dalam konteks ini, keberhasilan negosiasi ini tidak hanya penting bagi pengurangan senjata nuklir tetapi juga bagi stabilitas keamanan global di abad ke-21.

Guntur Wibowo

Guntur Wibowo adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button