Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengejutkan banyak pihak dengan pengumuman investasi besar yang melibatkan tiga perusahaan utama, yaitu SoftBank, Oracle, dan OpenAI. Dalam sebuah pernyataan, Trump mengungkapkan bahwa Masayoshi Son, CEO SoftBank, telah berkomitmen untuk memberikan investasi sebesar US$500 miliar atau sekitar Rp8.165,5 triliun. Menariknya, jumlah ini jauh lebih tinggi dari harapan awal Trump yang hanya sebesar US$200 miliar.
Masayoshi Son dikenal sebagai visioner di bidang teknologi dan investasi. Ia memulai perjalanan bisnisnya pada usia muda di Amerika Serikat dengan menjual perangkat lunak, dan pada tahun 1981 mendirikan SoftBank yang kini dikenal sebagai salah satu konglomerat teknologi terbesar dunia. Di bawah kepemimpinannya, SoftBank telah bertransisi dari perusahaan distribusi perangkat lunak menjadi investor besar di berbagai sektor, termasuk e-commerce melalui Alibaba. Pada 2017, Son meluncurkan SoftBank Vision Fund, yang fokus pada teknologi inovatif seperti kecerdasan buatan (AI), robotika, dan Internet of Things.
Investasi sebesar US$500 miliar ini akan digunakan untuk mendirikan perusahaan patungan bernama Stargate yang berbasis di Texas. Rencananya, Stargate akan membangun pusat data yang diharapkan dapat menciptakan lebih dari 100.000 lapangan pekerjaan di AS. Menurut Trump, kebutuhan akan daya komputasi yang besar untuk AI mendorong peningkatan permintaan akan pusat data khusus. Ia menjelaskan, “Mereka harus memproduksi banyak listrik, dan kami akan memungkinkan mereka untuk melakukan produksi tersebut dengan sangat mudah di pabrik mereka sendiri jika mereka mau.”
Selain SoftBank, dua perusahaan besar lain yang terlibat dalam investasi ini adalah Oracle yang dipimpin oleh Larry Ellison dan OpenAI yang didirikan oleh Sam Altman. Ketiga perusahaan ini bersama-sama berkomitmen untuk menggelontorkan investasi awal sebesar US$100 miliar, yang akan direalisasikan secara bertahap selama empat tahun ke depan hingga mencapai total investasi US$500 miliar.
Pengumuman ini terjadi pada hari kedua Trump menjabat kembali selaku presiden. Langkah awal ini bertepatan dengan pencabutan perintah eksekutif oleh mantan presiden Joe Biden yang berupaya mengurangi risiko dari penggunaan AI terhadap konsumen, pekerja, dan keamanan nasional. Trump mengungkapkan keyakinannya bahwa investasi besar ini menandai awal dari “zaman keemasan AS.”
Namun, di tengah optimisme tersebut, terdapat kekhawatiran yang diungkapkan oleh North American Electric Reliability Corporation. Mereka menyatakan bahwa sekitar setengah dari Amerika Serikat berpotensi mengalami kekurangan pasokan listrik dalam dekade mendatang, meningkatkan risiko terkait konsumsi daya akibat pusat data yang dibangun untuk mendukung teknologi AI dan elektrifikasi yang lebih luas, termasuk pada gedung dan transportasi.
Trump sudah sejak lama membahas investasi besar di sektor AI. Saat berkampanye pada 2016, ia berjanji untuk meloloskan RUU infrastruktur AI senilai US$1 triliun, meski janji tersebut tidak terwujud selama masa jabatannya sebelumnya dari 2017 hingga 2021. Kini, dengan langkah konkret yang diambilnya kembali ke kursi kepresidenan, banyak pihak berharap bahwa investasi ini akan membawa dampak positif bagi industri teknologi dan perekonomian Amerika Serikat secara keseluruhan.
Dalam konteks ini, masukan dari Masayoshi Son saat dia menyampaikan komitmennya untuk investasi ini sangatlah menarik. Ia mengatakan, “Tuan Presiden, bulan lalu saya datang untuk merayakan kemenangan Anda dan menjanjikan US$100 miliar, tetapi Anda meminta US$200 miliar. Saat ini, saya kembali dengan US$500 miliar. Ini adalah awal dari zaman keemasan AS.” Pernyataan ini memberikan gambaran tentang semangat kolaborasi antara sektor swasta dan pemerintah dalam memajukan teknologi dan perekonomian, meskipun berbagai tantangan di depan perlu dihadapi.