Donald Trump, yang baru saja dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat ke-47 pada 20 Januari 2025, mengambil langkah berani dengan mengumumkan keputusan untuk menarik AS dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Keputusan ini menarik perhatian banyak pihak, termasuk Dokter Tifa, pegiat media sosial yang menyarankan agar Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, mengikuti jejak keberanian Trump dengan melawan oligarki di dalam negeri.
Dalam pernyataannya, Dokter Tifa menekankan bahwa meskipun dia tidak meminta Prabowo untuk mengeluarkan Indonesia dari WHO, dia berharap agar Ketum Partai Gerindra ini berani mengambil tindakan tegas melawan kekuatan oligarki yang menguasai negara. “Dengan langkah Trump, kita melihat bagaimana ia siap berhadap-hadapan dengan pengaruh besar seperti Bill Gates, Anthony Fauci, CDC, dan GAVI yang selama ini berperan di WHO,” tulis Dokter Tifa melalui akun X-nya.
Dari perspektif Dokter Tifa, keberanian yang ditunjukkan Trump di usia 78 tahun menjadi contoh bagi pemimpin lain di seluruh dunia, termasuk Prabowo yang berusia 73 tahun. Kedua sosok ini, menurut Dokter Tifa, memiliki kesamaan yang menarik, yaitu menjalani peran presiden di usia senja. Keberanian Trump untuk mengambil langkah radikal di hari pertama kepresidenannya menjadi sorotan utama. “Artinya, di ujung hidupnya, Donald Trump mengerahkan keberanian untuk melindungi kepentingan Amerika dari penguasaan yang dianggapnya brutal,” tambahnya.
Lebih lanjut, Dokter Tifa menyatakan bahwa saat ini adalah waktu yang tepat bagi Prabowo untuk menunjukkan keberanian yang serupa. Dia meminta kepada publik untuk mengamati tindakan Prabowo dalam menghadapi oligarki terlebih dahulu, sebelum mengharapkan langkah berhadapan dengan badan-badan dunia. “Kita tunggu keberanian beliau melawan oligarki dulu saja deh, sebelum berani berhadapan dengan Badan-Badan Dunia,” lanjut Dokter Tifa dalam cuitannya yang viral.
Postingan tersebut segera mendapatkan perhatian, dengan lebih dari 1.200 retweet dan ribuan tanda suka, serta beragam respons dari pengguna media sosial lainnya. Salah satu komentar yang muncul menyoroti kebutuhan akan tindakan tegas dari Prabowo, “Iya nih belum sejalan dengan gebrak-gebrak mejanya,” sementara yang lain menyatakan skeptisisme tentang situasi politik di Indonesia dengan, “Trump presiden beneran dia gak butuh buzzer bayaran kayak di sini.”
Keputusan Trump untuk keluar dari WHO diakui oleh Dokter Tifa sebagai langkah yang sangat signifikan bagi rakyat Amerika. Hal ini mencerminkan upaya Trump untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya dan memberikan sinyal kepada pemerintah di berbagai belahan dunia untuk melakukan hal yang sama. Dengan pergeseran kekuasaan dan kekuatan di berbagai negara, keberanian seperti yang ditunjukkan Trump dapat menginspirasi pemimpin lain untuk melawan ketidakadilan dan oligarki.
Sementara itu, reaksi masyarakat Indonesia terhadap pernyataan Dokter Tifa menunjukkan adanya keinginan akan perubahan di tingkat kepemimpinan. Tuntutan masyarakat akan keberanian pemimpin untuk melawan oligarki semakin menguat. Hal ini menunjukkan bahwa di tengah kegundahan politik, publik menunggu tindakan nyata dari pemimpin mereka, terutama di waktu-waktu yang penuh tantangan.
Sebagai hasil dari peristiwa ini, baik Donald Trump maupun Prabowo Subianto kini menjadi sorotan utama dalam konteks kepemimpinan yang berani. Keputusan Trump mungkin saja menjadi refleksi dari situasi yang lebih besar yang dihadapi di berbagai negara, termasuk Indonesia, di mana oligarki sering kali dianggap menghambat kemajuan. Harapan kini beralih kepada Prabowo untuk dapat mengambil langkah yang tepat dan menunjukkan kepemimpinan yang berani demi kepentingan bangsa.