Trump Respons Ancaman: Hamas Tuding AS Dukung Israel Pengepungan Gaza

Hamas mengeluarkan pernyataan yang mengecam Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, setelah ia mengeluarkan ancaman keras terhadap kelompok tersebut pada Rabu (5/3/2025). Dalam sebuah unggahan di media sosial, Trump menuntut Hamas untuk segera membebaskan semua sandera, termasuk mereka yang telah meninggal. Ia juga memperingatkan bahwa nasib buruk akan menimpa warga Gaza jika tuntutan tersebut tidak dipenuhi. Persepsi yang berkembang adalah bahwa pernyataan Trump memberi dukungan kepada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk memperketat pengepungan di Gaza.

Tuduhan ini mencuat ketika juru bicara Hamas, Abdel-Latif Al-Qanoua, berpendapat bahwa ancaman tersebut menjadi semacam pemicu bagi Israel untuk menghindar dari perjanjian gencatan senjata, yang sudah diusulkan oleh beberapa mediator dalam konflik ini. “Ancaman berulang Trump terhadap rakyat kami merupakan dukungan kepada Netanyahu untuk menghindari perjanjian dan memperketat pengepungan dan kelaparan terhadap rakyat kami,” kata Al-Qanoua.

Sejak diberlakukannya gencatan senjata pada 19 Januari, berbagai upaya telah dilakukan untuk menyelesaikan ketegangan yang terjadi. Gencatan senjata ini diharapkan mampu mengatur pembebasan sandera secara bertahap, namun Israel baru-baru ini mengumumkan niat untuk memperketat pembatasan blokade terhadap Gaza dan menuntut pembebasan sandera tanpa negosiasi lebih lanjut. Hal ini dikhawatirkan dapat memicu kelaparan bagi sekitar 2,3 juta warga Palestina yang tinggal di wilayah tersebut.

Berbagai peristiwa teranyar menguatkan ketegangan yang ada. Pada Kamis (6/3/2025), serangan udara Israel dilaporkan mengakibatkan kematian seorang warga Palestina di Kota Gaza. Militer Israel mengklaim bahwa serangan itu menargetkan individu yang diduga terlibat dalam penanaman bahan peledak. Sementara itu, Hamas memastikan bahwa sandera yang masih hidup berada di bawah pengawasan mereka, dan pernyataan dari juru bicara sayap bersenjata Hamas, Abu Ubaida, menegaskan bahwa setiap eskalasi dari pihak Israel dapat membahayakan keselamatan para sandera.

Kondisi di Gaza semakin memperburuk situasi saat Hamas berusaha mendorong dialog dengan pihak AS. Dalam surat terbuka yang ditujukan kepada Presiden Trump, Basem Naim, pejabat senior Hamas, meminta agar Trump juga mengunjungi tahanan Palestina yang telah dibebaskan sebagai langkah untuk menyeimbangkan sikapnya. Ia menyoroti kondisi jajaran sekitar 9.500 tahanan Palestina yang saat ini ditahan di penjara Israel dan mengklaim bahwa mereka mengalami perlakuan tidak manusiawi, termasuk penyiksaan.

Di tengah ketegangan ini, Mesir dan Qatar memainkan peran penting dalam upaya mediasi untuk mengurai konflik tersebut. Utusan AS, Adam Boehler, melanjutkan dialog secara rahasia dengan Hamas, meskipun langkah ini dianggap menyimpang dari kebijakan AS yang selama ini menolak bernegosiasi dengan kelompok yang dianggap ekstremis. Mesir dilaporkan telah membantu dalam menciptakan suasana positif dalam pembicaraan tersebut, membuka peluang bagi adanya kesepakatan fase kedua yang meliputi pembebasan tahanan yang lebih luas.

Sementara Israel masih bersikeras untuk memperpanjang gencatan senjata tanpa berkomitmen pada akhir permusuhan, Hamas terus mendorong solusi yang lebih permanen untuk menghentikan pertempuran. Mediator dari Mesir berpendapat bahwa keberhasilan kesepakatan ini sangat penting untuk memfasilitasi rencana rekonstruksi Gaza yang akan mendapatkan dukungan dari para pemimpin Arab. Dalam situasi yang semakin kompleks ini, kunci untuk meredakan ketegangan terletak pada kemampuan semua pihak untuk kembali ke meja perundingan dan menemukan jalan keluar yang dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat, terutama bagi warga sipil yang paling terdampak.

Berita Terkait

Back to top button