Bisnis

Trump Tekan OPEC dan Arab Saudi, Harga Minyak Mentah Anjlok!

Harga minyak mentah global mengalami penurunan signifikan pada Kamis, 23 Januari 2025, setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, meminta Arab Saudi dan OPEC untuk menurunkan harga minyak. Permintaan tersebut disampaikan dalam pidatonya di Forum Ekonomi Dunia yang berlangsung di Davos, Swiss. Pidato Trump itu menyoroti ketidakpastian yang melingkupi kebijakan energi dan tarif perdagangan, yang dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi global dan permintaan energi.

Menurut laporan dari Reuters, harga minyak mentah Brent turun 71 sen (0,9%) menjadi $78,29 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga terjun sekitar 82 sen (1,09%) ke level $74,62 per barel. Penurunan ini menunjukkan reaksi pasar yang cepat terhadap pernyataan Trump dan memperlihatkan kekhawatiran investor akan implikasi dari kebijakan yang diusulkannya.

Pengaruh kebijakan Trump terhadap harga minyak dapat dicerna dari berbagai perspektif. Clay Seigle, peneliti senior di Pusat Studi Strategis dan Internasional, mencatat bahwa seruan Trump dapat diterima positif oleh konsumen dan pelaku bisnis. Namun, di sisi lain, penurunan harga minyak dapat memunculkan masalah bagi industri minyak AS dan pemasok global, terutama mengingat kebutuhan untuk meningkatkan investasi dalam proyek-proyek minyak dan gas. “Industri energi global saat ini membutuhkan peningkatan investasi, tetapi turunnya harga minyak dapat menghambat pengembangan proyek baru,” ujar Seigle.

Memperhatikan lebih dalam mengenai ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan perdagangan Trump, Priyanka Sachdeva dari Phillip Nova menegaskan bahwa isu ini dapat memperlemah permintaan minyak secara global. Hal ini menciptakan siklus yang berpotensi merugikan industri energi. Dalam konteks ini, kebijakan tarif yang mungkin diterapkan Trump, termasuk ancaman terhadap Rusia dan Uni Eropa, semakin menambah kerumitan dalam pasar minyak.

Trump juga merekomendasikan peningkatan tarif baru pada Rusia jika negara tersebut tidak menyetujui kesepakatan untuk mengakhiri konflik di Ukraina. Pengumuman ini disambut oleh pasar dengan skeptisisme, mengingat ketidakpastian yang akan ditimbulkan terhadap pasokan energi global. Selain itu, kebijakan tarif yang diusulkan terhadap Kanada dan Meksiko dengan bea masuk sebesar 25% menambahkan layer ketegangan dalam hubungan dagang dengan negara-negara ini.

Kelvin Wong, analis pasar senior di Oanda, menyoroti bahwa ketidakpastian yang menyertai kebijakan perdagangan Trump dapat menciptakan fluktuasi harga minyak mentah yang lebih tajam dalam waktu dekat. “Kenaikan pasokan minyak dari AS ditambah dengan kebijakan perdagangan yang tidak jelas dapat memicu volatilitas harga,” katanya.

Beberapa faktor yang mempengaruhi harga minyak saat ini meliputi:

1. Permintaan global yang berfluktuasi akibat peningkatan tarif perdagangan.
2. Kebijakan OPEC dan respon Arab Saudi terhadap permintaan Trump.
3. Investasi yang menjumpai hambatan akibat penurunan harga minyak.
4. Ketidakpastian politik di Eropa dan Timur Tengah yang berdampak pada stabilitas pasokan energi.

Seiring dengan dinamika ini, pasar minyak global tetap berada di bawah tekanan. Meskipun ada potensi penurunan harga yang disambut gembira oleh konsumen, industri energi harus siap menghadapi tantangan investasi dan kebijakan yang dapat mempengaruhi pengembangan proyek yang membutuhkan dana besar dan waktu yang tidak singkat. Aksi yang dilakukan oleh Trump untuk mendesak OPEC dan Arab Saudi menciptakan momen penting yang akan menghiasi perdebatan tentang masa depan energi global di tengah fluktuasi harga yang terus berlanjut.

Rina Lestari

Rina Lestari adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button