
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menandatangani empat perintah eksekutif pada hari Selasa (8/4/2025) dengan tujuan utama menghidupkan kembali industri batu bara di negara tersebut. Langkah ini diambil dengan alasan memenuhi lonjakan permintaan listrik, yang diyakini oleh pemerintah bahwa industri batu bara bisa kembali memainkan peranan penting.
Dalam perintah eksekutif ini, Trump memberikan instruksi untuk memperpanjang masa operasional pembangkit listrik tenaga batu bara yang seharusnya ditutup. Selain itu, ia juga meminta lembaga federal untuk mengidentifikasi sumber daya batu bara, mencabut berbagai hambatan yang menghalangi penambangan batu bara, serta memprioritaskan proses penerbitan izin-izin untuk kegiatan pertambangan batu bara.
Dalam sebuah pernyataannya, Trump menegaskan pentingnya batu bara dalam konteks energi. Ia menyebut batu bara sebagai produk yang “indah dan bersih” serta menggambarkannya sebagai sumber energi yang andal, tahan lama, dan efisien. “Batu bara adalah produk yang murah, sangat efisien, padat energi, dan hampir tak bisa dihancurkan,” ujar Trump.
Kebijakan ini menjadi tanggapan terhadap apa yang ia sebut sebagai “tindakan melampaui batas” yang dilakukan oleh negara-negara bagian yang dikuasai oleh kubu Demokrat. Trump menilai bahwa kebijakan-kebijakan yang bertujuan membatasi produksi energi demi memperlambat perubahan iklim telah merugikan sektor industri. Untuk itu, ia telah memerintahkan Jaksa Agung Pam Bondi untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menghentikan penerapan undang-undang yang menghambat industri energi, termasuk batu bara.
Namun, kebijakan Trump tidak luput dari kritik. Gubernur New York Kathy Hochul dan Gubernur New Mexico Michelle Lujan Grisham, yang memimpin Koalisi Iklim AS, menganggap perintah tersebut berusaha untuk merebut kekuasaan yang konstitusional milik negara bagian. Mereka berpendapat bahwa pemerintah federal tidak bisa secara sepihak mencabut hak negara bagian untuk mengambil tindakan terkait isu iklim.
Semuanya, langkah Trump ini kemungkinan akan menimbulkan kontroversi lebih lanjut dalam diskusi nasional tentang energi dan lingkungan, terutama terkait dengan transisi menuju sumber energi bersih dan keberlanjutan.
Dalam konteks ini, kebangkitan industri batu bara di bawah kepemimpinan Trump tidak hanya memengaruhi ekonomi, tetapi juga membawa dampak lingkungan yang signifikan. Dengan mengizinkan dan mendorong pertumbuhan industri batu bara, banyak kelompok lingkungan khawatir bahwa hal ini akan memperburuk masalah perubahan iklim yang sudah tersebar luas.
Trump berkomitmen untuk terus berjuang demi industri batu bara, mengklaim bahwa sektor tersebut dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja yang lebih besar. “Saya akan terus mendukung industri batu bara, karena saya percaya ini adalah masa depan energi kita,” tegasnya.
Berdasarkan data, industri batu bara telah mengalami penurunan signifikan dalam beberapa tahun terakhir, di tengah meningkatnya kesadaran akan pentingnya penggunaan energi terbarukan dan teknologi yang ramah lingkungan. Namun, dengan aksi terbaru dari Trump ini, serta dukungan pemangku kepentingan yang terkait, industri batu bara nampaknya akan mendapat kesempatan untuk bangkit kembali, meskipun dengan berbagai tantangan dan risiko yang menyertainya.
Terlepas dari suara dukungan dan penolakan yang muncul, industri batu bara tetap menjadi bagian integral dari diskusi mengenai energi dan keberlanjutan di AS. Kebijakan ini juga mencerminkan ketegangan yang terus berlangsung antara kebutuhan energi dan tanggung jawab lingkungan, yang akan menjadi isu sentral dalam pemilihan presiden mendatang.