
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengungkapkan kesiapan negaranya untuk memfasilitasi pertemuan damai antara Rusia dan Ukraina, yang bertujuan mengakhiri konflik yang telah berlangsung sejak Februari 2022. Dalam sebuah konferensi pers setelah bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Ankara, Erdogan menekankan pentingnya integritas wilayah dan kedaulatan Ukraina, yang menjadi syarat mutlak bagi posisi Turki dalam negosiasi.
Erdogan mengutarakan keprihatinannya atas dampak perang yang telah menimbulkan banyak korban jiwa dan kerusakan parah. “Perang ini harus segera diakhiri,” jelasnya. Menurutnya, untuk mencapai perdamaian yang adil, negara-negara besar harus menunjukkan dukungan nyata bagi proses perdamaian. Pada kesempatan ini, Erdogan juga menyatakan komitmennya untuk mendukung proses negosiasi yang berorientasi pada penyelesaian jangka panjang.
Turki sebelumnya telah berperan sebagai mediator dalam konflik ini. Pada Maret 2022, negara tersebut menyelenggarakan dialog antara Rusia dan Ukraina di Istanbul. Dari pertemuan tersebut, Turki meluncurkan Inisiatif Gandum Laut Hitam yang bertujuan untuk mengatasi krisis pasokan pangan global. Erdogan mengungkapkan bahwa inisiatif ini menunjukkan keseriusan Turki sebagai mediator yang andal. “Kami telah mencapai hasil konkret dalam semua upaya mediasi kami,” tambahnya.
Berbicara mengenai keberlanjutan inisiatif gandum, Erdogan menyesalkan keputusan Rusia yang tidak memperpanjang kesepakatan pasokan gandum setelah Juli 2023. “Kami berharap inisiatif ini dapat terus berlanjut dalam proses yang akan datang,” ungkapnya. Meskipun terdapat tantangan, Erdogan mengucapkan terima kasih kepada Zelenskyy atas bantuan pengiriman gandum ke Suriah, yang diolah menjadi tepung untuk masyarakat di sana.
Pada saat yang sama, pertemuan tingkat tinggi antara delegasi Rusia dan AS di Riyadh menunjukkan adanya harapan baru untuk dialog. Kedua belah pihak sepakat untuk melanjutkan pembicaraan guna mencapai kesepakatan yang dapat menghentikan perang dan meningkatkan hubungan bilateralk. Erdogan melihat ini sebagai langkah positif yang sejalan dengan usaha Turki untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi negosiasi.
Turki juga mengemukakan bahwa mereka akan terus berupaya menciptakan pengaturan keselamatan navigasi di Laut Hitam. “Kami percaya bahwa pengaturan tersebut adalah langkah penting untuk membangun kepercayaan di antara pihak-pihak yang terlibat dalam proses negosiasi,” jelas Erdogan. Hubungan bilateral antara Turki dan Ukraina juga dibahas dalam pertemuan tersebut, dengan fokus pada langkah-langkah untuk meningkatkan perdagangan.
Erdogan berkomitmen untuk mencapai target perdagangan bilateral senilai US$10 miliar, meski situasi saat ini cukup sulit akibat perang. Ia juga menyatakan kesiapan perusahaan-perusahaan Turki untuk berkontribusi dalam proses rekonstruksi Ukraina pascakonflik. “Saya yakin, dengan tercapainya perdamaian, hubungan antara negara kita akan lebih kuat di masa depan,” imbuhnya.
Selain itu, Presiden Turki juga menyampaikan penghargaan kepada Zelenskyy atas langkah-langkah yang diambil untuk menjaga hak-hak masyarakat Tatar Krimea. “Saya berharap langkah-langkah tambahan akan segera diambil untuk mendukung integritas wilayah Ukraina,” pungkasnya. Komitmen dan upaya yang dilakukan oleh Turki dalam mengatasi konflik ini menunjukkan keseriusan negara tersebut untuk menjadi mediator yang dapat diandalkan dalam mencari solusi damai bagi Ukraina.