Dunia

Turki-Suriah Teken Pakta Pertahanan: Rusia dan Iran Tak Terlibat!

DAMASKUS, Podme – Hubungan antara Turki dan Suriah mendapat momentum baru setelah Presiden Suriah, Ahmad Al Sharaa, dan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, bertemu di Ankara pada Selasa (4/2/2024). Dalam pertemuan tersebut, kedua pemimpin negara diperkirakan membahas kesepakatan untuk pakta pertahanan bersama yang dapat mengubah peta geopolitik di kawasan tersebut, terutama setelah kondisi political landscape di Suriah berubah dengan jatuhnya rezim Bashar Al Assad.

Sumber-sumber yang dekat dengan pertemuan itu menyebutkan bahwa Turki berencana memberikan jaminan keamanan kepada Suriah setelah masa transisi dari pemerintahan Assad. Dalam kerangka pakta ini, Turki tidak hanya akan memberikan dukungan militer namun juga merencanakan pembangunan pangkalan udara baru di wilayah tengah Suriah. Turk akan memberikan pelatihan kepada tentara Suriah yang baru dibentuk pasca-rezim Assad. Ini menandakan pergeseran peran Turki yang selama ini mendukung kelompok oposisi bersenjata melawan Assad, kini berfungsi sebagai kekuatan pendukung utama dalam proses rekonstruksi militer Suriah.

Beberapa poin utama dari rencana ini mencakup:

  1. Pembangunan Pangkalan Udara: Turki berencana untuk membangun pangkalan baru di wilayah gurun yang dikenal sebagai Badiyah, yang akan menjadi basis strategis bagi operasi militer masa depan.

  2. Pelatihan Angkatan Darat: Turki akan memberikan pelatihan kepada personel Angkatan Darat Suriah, menggantikan kekuatan militer yang sebelumnya runtuh di bawah pengaruh Assad.

  3. Pengisian Kekosongan: Dengan penarikan kekuatan Rusia dan Iran, yang dahulu menjadi sekutu dekat Assad, Turki menciptakan diri sebagai kekuatan utama yang mengisi kekosongan ini.

  4. Kerja Sama Bilateral: Kedua negara melanjutkan pembicaraan mengenai area penempatan militer serta kolaborasi baru yang lebih terstruktur tanpa mengungkapkan lokasi spesifik.

Sementara itu, intelijen di kawasan tersebut mencatat bahwa pembicaraan di antara kedua pemimpin juga mencakup isu-isu terkait stabilisasi dan pemulihan ekonomi Suriah. Dalam hal ini, Fahrettin Altun, Direktur Komunikasi Kepresidenan Turki, mengungkapkan bahwa Erdogan dan Al Sharaa akan mendiskusikan langkah-langkah bersama untuk membangun kembali ekonomi Suriah dan mencapai stabilitas serta keamanan.

Selama pertemuan ini, Al Sharaa juga dikenang karena telah membentuk angkatan bersenjata baru yang terdiri dari kelompok-kelompok yang berperan dalam penggulingan Assad. Salah satu dari kelompok tersebut, Hayat Tahrir Al Sham (HTS), berpotensi menjadi kekuatan dominan dalam struktur militer baru Suriah.

Namun, beberapa sumber menyebutkan bahwa meskipun pembicaraan ini sangat penting, kesepakatan final diharapkan tidak akan terwujud sepenuhnya pada pertemuan ini. Proses pengembangan lebih lanjut diperlukan untuk merumuskannya ke dalam kesepakatan formal yang akan menggarisbawahi kerjasama jangka panjang antara Turki dan Suriah.

Pergeseran dinamis ini menandai akhir dari era dominasi Rusia dan Iran dalam politik Suriah, memberikan Turki kesempatan untuk menancapkan pengaruhnya di negara yang tengah mengalami perubahan besar ini. Penetapan kebijakan pertahanan baru ini tidak hanya berpengaruh pada Suriah tetapi juga bisa berdampak luas pada keseluruhan stabilitas kawasan Timur Tengah. Seiring dengan situasi yang terus berkembang, langkah-langkah yang diambil oleh kedua pemimpin ini akan sangat menentukan dalam proses pemulihan dan pembangunan masa depan Suriah.

Guntur Wibowo adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button