
Kementerian Perhubungan melalui Badan Kebijakan Transportasi (BKT) memproyeksikan jumlah pergerakan masyarakat selama mudik Lebaran 2025 akan mengalami penurunan signifikan, hanya mencapai 146,48 juta orang. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan realisasi mudik pada tahun 2024 yang mencapai 242 juta orang. Menurut Menteri Perhubungan, Dudy Purwagandhi, hasil survei ini telah dilaporkan kepada Presiden Prabowo Subianto serta kepada beberapa pihak terkait, termasuk Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), kementerian, pemerintah daerah, dan pihak swasta.
Dudy menyatakan, "Menyikapi munculnya angka tersebut, kami telah melakukan rapat koordinasi dengan berbagai pihak, mulai dari menteri-menteri, kepala daerah, pimpinan BUMN, hingga pihak swasta. Langkah ini kami lakukan jauh-jauh hari guna memastikan masyarakat dapat melakukan perjalanan mudik dan balik Lebaran dengan selamat, nyaman, dan lancar."
Sebagai bagian dari langkah antisipasi, pemerintah berencana menerapkan kebijakan-kebijakan efektif untuk mengatur arus mudik. Beberapa kebijakan yang direncanakan meliputi:
- Work from Anywhere (WFA): Diharapkan bisa mengurangi kepadatan pada tanggal-tanggal tertentu.
- Penyelenggaraan mudik gratis: Untuk meningkatkan aksesibilitas bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
- Rekayasa lalu lintas: Mengatur aliran kendaraan agar terhindar dari kemacetan di simpul-simpul transportasi.
- Pengaturan lalu lintas khusus: Di wilayah-wilayah berisiko tinggi mengalami kemacetan.
Puncak arus mudik diprediksi akan terjadi pada H-3 atau 28 Maret 2025, dengan potensi pergerakan sebanyak 12,1 juta orang. Sementara itu, puncak arus balik diprediksi terjadi pada H+5 atau 6 April 2025 dengan potensi jumlah pergerakan masyarakat mencapai 31,49 juta orang.
Laporan survei juga menunjukkan daerah asal perjalanan terbanyak, di antaranya:
- Jawa Barat: 30,9 juta orang (21,1%)
- Jawa Timur: 26,4 juta orang (18%)
- Jawa Tengah: 23,3 juta orang (15,9%)
- Banten: 7,9 juta orang (5,4%)
- DKI Jakarta: 6,7 juta orang (4,6%)
Adapun daerah tujuan perjalanan terbanyak adalah:
- Jawa Tengah: 36,6 juta orang (25%)
- Jawa Timur: 27,4 juta orang (18,7%)
- Jawa Barat: 22,1 juta orang (15,1%)
- Yogyakarta: 9,4 juta orang (6,4%)
- Sumatera Utara: 6,2 juta orang (4,2%)
Dalam hal moda transportasi, terdapat lima pilihan utama masyarakat:
- Mobil pribadi: 33,69 juta (23%)
- Bus: 24,76 juta (16,9%)
- Kereta api antarkota: 23,58 juta (16,1%)
- Pesawat: 19,77 juta (13,5%)
- Sepeda motor: 12,74 juta (8,7%)
Hari keberangkatan mobil pribadi tertinggi diperkirakan pada H-3 dengan 3,47 juta, dan hari kepulangan pada H+5 dengan 6,97 juta. Kepadatan mobil pribadi akan sangat terasa di Tol Trans Jawa, diprediksi mencapai 7,95 juta perjalanan. Sementara itu, keberangkatan sepeda motor terbanyak juga terlihat pada H-3 sebesar 1,08 juta, sedangkan puncak kepulangannya di H+5 dengan 2,3 juta, di mana kepadatan di jalur arteri diprediksi mencapai 4,41 juta kendaraan.
Terminal, stasiun, bandara, dan pelabuhan di Indonesia juga diperkirakan akan mengalami kepadatan. Terminal Purabaya di Surabaya akan menjadi yang terpadat dengan 1,08 juta orang, sedangkan Giwangan di Yogyakarta sebagai terminal tujuan terpadat dengan 609,45 ribu orang. Stasiun Pasar Senen di Jakarta diprediksi akan melayani 4,08 juta penumpang, sementara Juanda Surabaya menjadi bandara tujuan terpadat dengan 3,24 juta orang.
Dengan langkah-langkah yang telah terencana, diharapkan pemerintah dapat memastikan penyelenggaraan angkutan Lebaran tahun ini berlangsung aman dan terkendali. Pengoptimalan Pusat Informasi Transportasi yang beroperasi 24 jam sehari juga akan menjadi salah satu langkah untuk memantau pergerakan di semua moda transportasi.