
Di tengah wacana penaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) di perguruan tinggi negeri akibat efisiensi anggaran, Universitas Hasanuddin (Unhas) di Makassar menegaskan komitmennya untuk tidak meningkatkan biaya tersebut. Keputusan ini diambil sebagai respons terhadap pemangkasan anggaran sebesar Rp14,3 triliun yang dilakukan pemerintah dalam total anggaran pendidikan untuk tahun 2025 yang mencapai Rp56,6 triliun.
Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Unhas, Prof. Muhammad Ruslin, menyampaikan bahwa universitas yang berada di wilayah Indonesia Timur ini akan lebih fokus dalam mencari beasiswa dan menjalin kerja sama dengan berbagai mitra industri demi meningkatkan akses pendidikan bagi mahasiswanya. “Kami tidak memiliki wacana untuk menaikkan UKT. Justru, kami berfokus pada pencarian sumber-sumber lain untuk membantu mahasiswa dalam membiayai pendidikan mereka,” tegas Ruslin saat konfirmasi di Gedung Rektorat Unhas pada Selasa, 18 Februari 2025.
Upaya Unhas untuk mendukung mahasiswa ini juga tercermin dalam data yang menunjukkan bahwa sekitar 32% mahasiswa tingkat sarjana di kampus tersebut telah menerima beasiswa. Unhas menargetkan angka ini meningkat menjadi 35% dalam waktu dekat. Untuk mencapai target ini, Unhas aktif mencari mitra kerja sama dari berbagai sektor, terutama industri nikel. Beberapa perusahaan besar seperti PT Vale, IMIP, Newmont, serta Freeport di Papua menjadi calon mitra yang potensial.
Di samping itu, Unhas juga memanfaatkan dana abadi yang sudah ada untuk membantu pendidikan mahasiswa. Dana ini telah memberikan beasiswa kepada sekitar 250 mahasiswa, menunjukkan komitmen universitas dalam meningkatkan kesejahteraan dan pendidikan bagi mahasiswanya.
Pernyataan ini muncul setelah Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan bahwa pemangkasan anggaran tidak boleh dijadikan alasan untuk menaikkan UKT di perguruan tinggi negeri. Menurutnya, dampak dari pemotongan anggaran ini lebih banyak berpengaruh pada aspek non-pendidikan, seperti seremonial, perjalanan dinas, dan kebutuhan alat tulis kantor. Sri Mulyani menekankan agar perguruan tinggi dapat lebih kreatif dan inovatif dalam mengatasi masalah pendanaan tanpa membebani mahasiswa lebih lanjut.
Beasiswa menjadi salah satu fokus utama Unhas dalam upayanya menurunkan beban biaya pendidikan. Dengan mencari mitra dan sumber pendanaan alternatif, harapan untuk meningkatkan jumlah penerima beasiswa pada mahasiswa terus digenjot. Hal ini juga sejalan dengan komitmen Unhas untuk menyediakan akses pendidikan yang lebih luas dan terjangkau bagi semua mahasiswa, terlepas dari latar belakang ekonomi mereka.
Dari sini, terlihat jelas bahwa Universitas Hasanuddin berupaya untuk menjawab tantangan yang muncul akibat efisiensi anggaran dengan cara yang konstruktif. Pendekatan yang diambil tidak hanya akan membantu mahasiswa dalam menghadapi tantangan keuangan, tetapi juga mendorong kolaborasi lebih erat antara dunia pendidikan dengan sektor industri. Dengan berbagai inisiatif pencarian beasiswa dan kemitraan industri yang dijalin, Unhas berambisi untuk menciptakan lingkungan akademis yang lebih inklusif di tengah kondisi perekonomian yang sulit saat ini.
Melalui langkah-langkah ini, Unhas menunjukkan bahwa pendidikan tinggi harus tetap dapat diakses oleh semua kalangan meskipun ada tekanan dari pemangkasan anggaran, sekaligus menegaskan bahwa kualitas pendidikan tidak harus dikompromikan demi efisiensi finansial. Dengan demikian, semangat dan tujuan Unhas dalam mendukung para mahasiswa tetap menjadi prioritas utama, menjaga pendidikan yang berkualitas tetap terjangkau.