
Uni Eropa (UE) mengambil langkah proaktif untuk melindungi pasar dan ekonominya dari dampak tarif baru yang diperkenalkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Jika negosiasi yang sedang berlangsung tidak membuahkan hasil, UE tidak akan ragu untuk menggunakan seluruh alat yang tersedia untuk mempertahankan kepentingannya. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Komisaris Perdagangan UE, Maros Sefcovic, dalam sebuah konferensi pers baru-baru ini.
Keputusan Trump untuk mengenakan tarif antara 10% hingga 50% pada impor dari negara-negara yang dianggapnya melakukan praktik perdagangan tidak adil telah menciptakan ketegangan yang signifikan. Dalam konteks ini, Uni Eropa, sebagai salah satu blok ekonomi terbesar di dunia, harus menghadapi tarif impor sebesar 20% yang mulai diberlakukan pada 9 April. Langkah ini diprediksi akan menimbulkan dampak serius pada ekspor UE, dengan sekitar 380 miliar euro (setara USD 410 miliar atau Rp 6.801 triliun) barang yang terancam dikenakan bea masuk yang lebih tinggi.
Sefcovic mengungkapkan bahwa dampak dari tarif ini diperkirakan akan menambah biaya lebih dari 80 miliar euro, sebuah angka yang mencolok jika dibandingkan dengan 7 miliar euro yang saat ini diakumulasikan oleh pemerintah AS. “Kami siap menggunakan setiap alat dalam gudang pertahanan perdagangan kami untuk melindungi Pasar Tunggal UE, produsen UE, dan konsumen UE,” tegas Sefcovic, menekankan perlunya tindakan cepat untuk menghadapi tantangan ini.
Situasi ini diperburuk dengan pernyataan von der Leyen, Presiden Komisi Eropa, yang menawarkan kesepakatan tarif yang dikenal sebagai “zero-for-zero”, bertujuan untuk meredakan ketegangan dalam perdagangan mobil dan barang-barang industri. Meskipun demikian, Sefcovic menegaskan bahwa UE tidak akan menunggu selamanya untuk mencapai kesepakatan.
Pada 15 April, Komisi Eropa akan mengadopsi “daftar penanggulangan yang kuat” sebagai respon atas kebijakan tarif Trump, dengan langkah awal aksi balasan sudah dimulai dan putaran kedua akan menyusul pada 15 Mei. Tindakan ini menunjukkan komitmen UE untuk melindungi kepentingannya terhadap kebijakan yang dianggap merugikan.
Dalam jawabannya terhadap kebijakan perdagangan ini, Trump menandai tarif sebagai bagian dari agenda “Hari Pembebasan,” mengklaim bahwa langkah ini bertujuan untuk mengembalikan keseimbangan perdagangan global. Ia menuduh negara-negara lain melakukan penipuan melalui kebijakan yang merugikan AS. Menurutnya, total pungutan dari UE atas barang-barang AS mencapai 39%, mengklaim bahwa perusahaan-perusahaan Amerika menanggung beban pajak nilai tambah yang totalnya lebih dari USD 200 miliar setiap tahunnya.
Dampak dari pengumuman tarif baru ini terlihat jelas di pasar global, di mana saham-saham mengalami penurunan signifikan. Banyak analis menyuarakan keprihatinan bahwa langkah-langkah proteksionis semacam ini dapat berpotensi merusak stabilitas ekonomi global. Von der Leyen menyebutkan bahwa langkah Trump adalah “pukulan besar bagi ekonomi dunia” dan menyerukan dialog untuk mengatasi ketegangan perdagangan yang kian meningkat.
Seiring UE bersiap menghadapi tantangan baru dalam hubungan perdagangan dengan AS, langkah-langkah defensif yang diambil menunjukkan pentingnya Solidaritas Eropa dalam menjaga kepentingan ekonomi kolektif. Kebijakan tarif yang diperkenalkan oleh Trump bisa jadi bukan hanya tantangan bagi UE, tetapi juga mengisyaratkan kepada dunia bahwa inovasi dan solusi diplomatik diperlukan untuk menyelesaikan konflik perdagangan yang semakin kompleks.