
Di kota Murmansk, Rusia, fenomena unik terjadi selama bulan Ramadan, di mana waktu puasa berlangsung hanya satu jam saja. Hal ini disampaikan oleh Lalu Satria Malaca, seorang warga negara Indonesia yang tinggal di wilayah tersebut dan juga berprofesi sebagai pemandu wisata. Menurutnya, fenomena yang dikenal sebagai "malam kutub" menyebabkan matahari tidak terbit sama sekali, sehingga jarak waktu antara Subuh dan Magrib hanya sekitar satu jam.
Lalu Satria menjelaskan bahwa ketika malam kutub tiba, kondisi langit di Murmansk tetap gelap meskipun sudah menjelang siang. "Pada pukul 11 atau 12 siang, langit masih gelap. Oleh karena itu, waktu puasa di sini menjadi sangat singkat," ujarnya. Hal ini tentu saja menjadi tantangan tersendiri bagi umat Muslim yang menjalankan ibadah puasa di daerah ekstrem ini.
Proses pembagian waktu di dunia dilakukan dengan mempertimbangkan posisi matahari, yang dijadikan acuan dalam menetapkan zona waktu. Waktu standar atau UTC (Waktu Universal Terkoordinasi) diatur berdasarkan garis bujur nol derajat yang melewati Meridian Utama. Seluruh dunia dibagi menjadi 24 zona waktu, masing-masing dengan perbedaan waktu sekitar satu jam. Namun, fenomena malam kutub yang terjadi di wilayah kutub utara dan selatan membuat penghitungan waktu ini menjadi lebih rumit.
Berikut adalah beberapa fakta menarik mengenai puasa dan waktu di Murmansk:
Fenomena Malam Kutub: Selama bulan tertentu, terutama di musim dingin, malam kutub membuat matahari tidak terbit selama berhari-hari. Di sinilah masalah waktu puasa muncul.
Puasa 60 Menit: Umat Muslim di Murmansk hanya memiliki waktu satu jam untuk menyelesaikan ibadah puasa mereka, yang membuat mereka harus memanfaatkan waktu dengan sangat efisien.
Zona Waktu Tidak Jelas: Di Kutub Utara, semua garis bujur bertemu, sehingga secara teknis tidak ada zona waktu yang berlaku. Ini adalah alasan mengapa penduduk setempat dapat menentukan waktu mereka sendiri.
Adaptasi Masyarakat: Warga Muslim di Murmansk harus beradaptasi dengan keadaan ini dan mencari cara untuk menjalankan ibadah puasa mereka meskipun waktu yang tersedia sangat terbatas.
- Tantangan Ibadah: Bagi banyak umat Muslim, berpuasa di daerah seperti Murmansk bisa menjadi tantangan tersendiri. Dengan waktu puasa yang singkat, mereka harus memastikan asupan gizi yang tepat dalam waktu terbatas.
Bagi masyarakat umum, hal ini mungkin terdengar aneh dan bahkan sulit untuk dibayangkan. Namun, bagi mereka yang tinggal di sana, melaksanakan ibadah puasa di dalam kondisi ekstrem menjadi bagian dari kenyataan hidup mereka. Lalu Satria menambahkan, "Meskipun tantangan ini berat, kami tetap menjalankan ibadah puasa dengan penuh rasa syukur dan keyakinan."
Bulan Ramadan di Murmansk juga mengingatkan kita akan kebesaran Tuhan yang menciptakan berbagai fenomena alam yang unik di seluruh dunia. Fenomena malam kutub ini menunjukkan bagaimana cara pandang dan pengalaman beribadah bisa sangat berbeda di berbagai belahan dunia. Umat Muslim di daerah ekstrem ini tetap menjalankan ibadah puasa dengan sepenuh hati, dan tentunya, pengalaman tersebut akan menjadi cerita yang tak terlupakan dalam perjalanan spiritual mereka.
Dengan waktu puasa yang hanya satu jam, banyak orang dapat menyaksikan bagaimana agama dan lingkungan saling berinteraksi dalam cara yang unik. Hal ini memberikan pemahaman lebih dalam mengenai keberagaman cara beribadah di dunia. Keadaan ini juga menggugah rasa solidaritas antar sesama umat beriman, baik yang berada di daerah ekstrem maupun yang berada di tempat dengan waktu puasa lebih panjang.