Upaya Pelestarian Keanekaragaman Hayati Taman Nasional Kutai

Pelestarian keanekaragaman hayati di Taman Nasional Kutai semakin menjadi fokus utama sejalan dengan komitmen perusahaan-perusahaan besar di sekitar wilayah tersebut, termasuk PT Kaltim Prima Coal (KPC). Sebagai unit usaha dari PT Bumi Resources Tbk, KPC tidak hanya berperan sebagai produsen batu bara, tetapi juga berkomitmen untuk menjaga dan mengelola lingkungan serta keanekaragaman hayati di wilayah operasionalnya.

Dengan area Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) yang mencapai 61.453 hektare, KPC beroperasi di dekat dua kawasan konservasi yang kaya akan nilai keanekaragaman hayati, yaitu Taman Nasional Kutai dan kawasan mangrove di sepanjang pesisir Selat Makassar. Lokasi ini tidak hanya strategis untuk pertambangan, tetapi juga vital bagi pelestarian keanekaragaman hayati yang melimpah.

Kris Pranoto, General Manager Health, Safety, Environment & Security di KPC, menyatakan bahwa keanekaragaman hayati merupakan indikator penting dalam keberhasilan reklamasi pertambangan. Dalam upaya mendukung pelestarian, KPC menetapkan kawasan bernilai konservasi tinggi seluas sekitar 2.040,70 hektare di dalam konsesinya. Rincian kawasan konservasi tersebut meliputi:

  1. Kawasan Konservasi Taman Payau seluas 163,06 hektare.
  2. Kawasan Konservasi Arboretum Murung seluas 22,23 hektare.
  3. Swarga Bara seluas 1,22 hektare.
  4. Kawasan Konservasi Pinang Dome seluas 968,71 hektare.
  5. Kawasan Tanjung Bara seluas 502,56 hektare.
  6. Kawasan Konservasi Mangrove Tanjung Bara seluas 382,92 hektare.

Kawasan Konservasi Mangrove Tanjung Bara terletak di Desa Gembara, Kabupaten Kutai Timur, dan didominasi oleh beberapa jenis mangrove seperti Rhizophora sp., Sonneratia sp., dan Ceriops tagal. Lebih dari itu, kawasan ini juga berfungsi sebagai habitat untuk spesies-endemik seperti bekantan dan orangutan, serta menjadi tempat tinggal bagi lebih dari 69 spesies burung dan 9 spesies mamalia yang dilindungi.

Selain menjadi tempat tinggal bagi beragam spesies, kawasan mangrove tersebut juga memiliki fungsi penting lainnya. Mangrove tidak hanya menyediakan pangan dan nutrisi bagi biota akuatik, tetapi juga berperan dalam menciptakan iklim kondusif bagi kehidupan, serta menghubungkan ekosistem darat, laut, dan air tawar. Bagi masyarakat pesisir, terutama nelayan, keberadaan mangrove memberikan dukungan bagi perekonomian keluarga melalui hasil laut yang melimpah.

KPC berkomitmen menerapkan Kebijakan Keselamatan Pertambangan, Lingkungan Hidup, dan Keamanan (KPLK) sebagai acuan dalam pengelolaan lingkungan sebagai upaya untuk meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan. Kebijakan ini mengatur setiap tahap kegiatan dari praperencanaan hingga reklamasi dan rehabilitasi area pascatambang.

Kris menegaskan bahwa KPC menyadari pentingnya tanggung jawab mereka untuk mengelola sumber daya alam secara bertanggung jawab. "Dengan menerapkan praktik-praktik terbaik dalam pertambangan, kami terus berinovasi dan berkolaborasi dengan semua pemangku kepentingan untuk meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan serta mengoptimalkan kontribusi positif bagi ekonomi dan sosial masyarakat setempat," tutupnya.

Dengan langkah-langkah proaktif dalam pelestarian keanekaragaman hayati, KPC dan para pemangku kepentingan lainnya berharap dapat menjaga keseimbangan ekosistem di Taman Nasional Kutai serta memberikan manfaat yang berkelanjutan untuk masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.

Berita Terkait

Back to top button