
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan penting menjelang periode mudik Lebaran 2025 atau Idulfitri 1446 H. Melalui keterangannya, Plt. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menekankan perlunya antisipasi dini menghadapi potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat, banjir, gelombang tinggi, dan gelombang pasang maksimum yang bisa mengancam keselamatan masyarakat.
Menurut Dwikorita, cuaca ekstrem masih bisa terjadi hingga awal bulan April, yang bertepatan dengan arus mudik dan arus balik Lebaran. "Intensitas hujan di sejumlah wilayah diperkirakan masih tinggi, bahkan berpotensi memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor," ujarnya dalam siaran pers pada Selasa, 11 Maret 2025. Meskipun Indonesia sudah memasuki masa transisi menuju musim kemarau, curah hujan di beberapa daerah tetap cukup tinggi.
Lebih khusus lagi, risiko cuaca ekstrem ini akan dirasakan di wilayah tertentu yang perlu diwaspadai oleh masyarakat. BMKG mengidentifikasi beberapa wilayah rentan terhadap bencana ini, antara lain:
- Wilayah Pesisir: Potensi gelombang tinggi dapat terjadi di perairan selatan Sumatera, selatan Jawa, dan Nusa Tenggara Timur, dengan ketinggian gelombang mencapai hingga 2 meter.
- Daerah Rawan Longsor: Khususnya pada 10 hari pertama April, hujan lebat berdurasi singkat berpotensi terjadi di daerah yang telah dikenal rawan longsor.
- Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek): Dwikorita menyoroti perlunya pembenahan sistem drainase dan perlindungan lingkungan di daerah ini, mengingat banjir besar yang terjadi diawal tahun ini meskipun intensitas hujan lebih rendah dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Di samping itu, BMKG juga mengingatkan adanya potensi banjir rob yang dapat muncul pada akhir Maret menjelang fase bulan purnama, yang biasanya meningkatkan pasang maksimum di wilayah pesisir. Semua kecenderungan ini mengharuskan masyarakat untuk selalu waspada, terutama menjelang periode mudik yang selalu dipadati oleh pengunjung.
Dwikorita juga mencatat bahwa dampak banjir yang lebih parah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya berasal dari kondisi lingkungan dan sistem aliran air yang kurang optimal. Hal ini menjadi perhatian serius, karena meskipun curah hujan tahun ini tidak setinggi tahun 2020, dampak yang ditimbulkan sangat signifikan. "Data dan fakta ini menunjukkan bagaimana pengaruh kondisi lingkungan kita," ungkapnya.
Sebagai langkah mitigasi jangka pendek, BMKG meminta agar pemerintah daerah memanfaatkan aplikasi Infobmkg (Weather Prediction). Aplikasi ini menyediakan prakiraan cuaca harian hingga enam hari ke depan selama periode Lebaran. Informasi yang dapat diakses melalui aplikasi ini mencakup intensitas hujan, suhu udara, kecepatan dan arah angin, serta potensi gelombang tinggi di jalur-jalur mudik.
Untuk mencegah terjadinya bencana yang lebih besar, masyarakat di daerah rawan diimbau untuk proaktif dalam mempersiapkan diri. Memainkan peranan positif dalam upaya mitigasi bencana, serta mengikuti informasi terkini dari BMKG menjadi langkah yang sangat penting.
Dengan ketersediaan informasi yang mudah diakses melalui aplikasi ini, diharapkan masyarakat dapat melakukan persiapan yang lebih baik menghadapi kondisi cuaca yang tidak menentu pada saat mudik Lebaran. Melalui kesadaran dan pengetahuan yang tepat, diharapkan dapat meminimalisir risiko yang mungkin terjadi dan memastikan keselamatan selama periode yang penuh dengan perjalanan tersebut.