Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Sugiono, menegaskan bahwa Indonesia memiliki kepentingan yang kuat untuk menjaga keamanan dan stabilitas Laut China Selatan. Dalam wawancara khusus dengan Media Indonesia pada Rabu (29/1), Sugiono menjelaskan bahwa meskipun Indonesia bukan merupakan negara pengklaim di Laut China Selatan, ketegangan di wilayah tersebut dapat berdampak langsung terhadap keamanan nasional Indonesia.
Dalam konteks ini, Sugiono menekankan pentingnya kolaborasi di antara negara-negara ASEAN untuk menghadapi tantangan yang muncul akibat sengketa di perairan tersebut. "Sikap Indonesia sejak awal adalah menjembatani semua perbedaan, bekerja sama dan berkolaborasi demi kepentingan bersama," ujarnya. Ia juga menyoroti upaya Indonesia yang terus aktif mendorong dikeluarkannya Deklarasi Perilaku Pihak-pihak di Laut China Selatan (DOC) sejak tahun 2002 untuk menciptakan rasa saling percaya antar negara.
Sugiono menjelaskan bahwa Indonesia sedang bersiap untuk mendukung Malaysia sebagai Ketua ASEAN dalam mencapai kemajuan dalam pembahasan Kode Tata Perilaku di Laut China Selatan (COC). "Kami siap menjadi tuan rumah negosiasi COC di tingkat working group pada Februari mendatang di Jakarta," tambahnya. Upaya ini jelas menunjukkan komitmen Indonesia untuk menciptakan stabilitas dan perdamaian di kawasan yang rawan konflik ini.
Dalam wawancara tersebut, Sugiono juga menyampaikan perlunya dialog dan negosiasi antara negara-negara yang mengklaim wilayah di Laut China Selatan. Ia menyatakan bahwa Indonesia berperan aktif dalam menginisiasi dialog melalui jalur-jalur yang ada, termasuk jalur track 1.5 dan track 2.0. "Komunikasi yang baik dan terbuka harus terus kita jalin agar bisa menemukan titik temu dalam kepentingan bersama," ungkapnya.
Menghadapi dinamika global yang semakin kompleks, Indonesia juga menegaskan pentingnya pendekatan yang terencana dan terstruktur dalam menjaga keamanan maritim. Dalam konteks hubungan luar negeri, Indonesia berpegang pada prinsip politik luar negeri yang bebas dan aktif, serta tidak akan menjadi perpanjangan tangan pihak manapun. "Kemandirian Indonesia di panggung internasional sangat penting," ujarnya.
Sugiono juga menggarisbawahi bahwa kawasan Indo-Pasifik, yang meliputi Laut China Selatan, memiliki nilai strategis yang tinggi. Wilayah ini tidak hanya melibatkan banyak negara besar, tetapi juga menjadi jalur perdagangan maritim yang vital. Oleh karena itu, Indonesia berupaya untuk menjalin kerjasama luar negeri yang mampu memperkuat stabilitas dan keamanan kawasan.
Peran diplomatik Indonesia dalam Forum Kerjasama Islam (OKI) untuk mendukung Palestina di tengah konflik yang terus berkepanjangan juga menjadi salah satu fokus dalam pembicaraan. Sugiono menyampaikan bahwa Indonesia akan terus mendukung inisiatif internasional untuk penyelesaian konflik dan mendorong perdamaian di Timur Tengah, yang merupakan kunci bagi stabilitas global.
Dari perspektif ekonomi, ia menyampaikan bahwa dalam menyikapi perang dagang antara negara-negara besar, Indonesia tetap berkomitmen untuk menciptakan hubungan internasional yang menguntungkan melalui diplomasi ekonomi yang aktif. "Kita harus mampu beradaptasi dengan dinamika ekonomi global, memperkuat jejaring kerjasama bilateral maupun multilateral," jelasnya.
Akhirnya, Sugiono menegaskan bahwa keselamatan dan pelindungan warga negara Indonesia di luar negeri juga menjadi salah satu prioritas dalam kebijakan luar negeri Indonesia. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia akan terus berupaya untuk menjaga kepentingan warganya, terutama di negara-negara yang tengah mengalami ketegangan politik atau ekonomi yang tinggi.
Dengan serangkaian kebijakan dan upaya diplomatik yang konsisten, Indonesia bertekad untuk memainkan peran yang lebih besar dalam menjaga keamanan dan stabilitas di Laut China Selatan, serta berkontribusi dalam menciptakan perdamaian di tingkat regional dan global.