200.000 Warga Gaza Kembali ke Rumah: Hamas Sebut Ini Kemenangan!

Lebih dari 200.000 warga Gaza akhirnya dapat kembali ke rumah mereka pada Senin kemarin, setelah penyeberangan dibuka kembali sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Kembalinya mereka ini diwarnai dengan berbagai emosi, mulai dari harapan hingga perjuangan yang berat, mengingat kondisi lingkungan yang hancur akibat konflik yang berkepanjangan.

Menurut seorang pejabat keamanan Gaza yang berbicara kepada kantor berita AFP, warga yang kembali naik turun dari Gaza utara, dengan banyak di antaranya bergerak dengan berjalan kaki. Mereka melakukan perjalanan dalam waktu dua jam setelah pos pemeriksaan pejalan kaki dibuka pada pukul 09:00 waktu setempat. Sebelum itu, penyeberangan untuk mobil sudah dibuka lebih awal, memberikan akses yang sangat dibutuhkan bagi mereka yang ingin kembali ke tanah kelahiran mereka.

Pemerintah Gaza berkomitmen untuk mendukung proses pemulihan dengan mengerahkan lebih dari 5.500 personel yang ditugaskan untuk memfasilitasi kembalinya para pengungsi. Diperlukan setidaknya 135.000 tenda dan karavan untuk mengakomodasi kebutuhan warga yang kembali ke rumah-rumah mereka yang kini hancur akibat serangan. Dalam laporan ini, terlihat jelas tantangan besar yang dihadapi oleh para pengungsi ketika mereka memasuki kembali kawasan yang telah mereka tinggalkan.

Banyak di antara mereka yang kembali mengekspresikan tekad dan keberanian. “Saya akan mulai membangun kembali rumah saya – bata demi bata, dinding demi dinding,” ungkap seorang pengungsi yang terpaksa meninggalkan rumahnya. Selain itu, seorang pemuda pengungsi menambahkan, “Ini adalah hari yang meriah bagi kami; seolah-olah kami telah dibangkitkan dan sekarang memasuki surga.”

Hamas, yang dikenal sebagai kelompok yang memimpin perjuangan untuk kemerdekaan Palestina, menyatakan bahwa kembalinya warga ini merupakan “kemenangan” bagi rakyat Palestina. Dalam sebuah pernyataan resmi, mereka menegaskan bahwa kepulangan tersebut membuktikan kegagalan Israel dalam upayanya untuk menggusur warga dan mematahkan semangat perjuangan mereka. Sebuah catatan penting yang disampaikan oleh sekutu Hamas, Jihad Islam Palestina, juga menunjukkan bahwa hal ini adalah “respons bagi semua orang yang bermimpi menggusur warga kami.”

Namun, perjalanan kembali ini tidaklah tanpa rintangan. Dalam beberapa pekan terakhir, sekitar 1,1 juta orang telah terpaksa diusir dari Gaza utara oleh militer Israel saat persiapan invasi darat berlangsung. Ketegangan meningkat seiring dengan ketidakpuasan terhadap perjanjian yang tidak sepenuhnya dipatuhi, di mana Hamas menuduh Israel melanggar kesepakatan gencatan senjata.

Salah satu pertanyaan yang muncul adalah bagaimana para pengungsi dapat membangun kembali rumah mereka di tengah situasi yang sangat rumit. Omar Baddar, mantan wakil direktur Institut Arab Amerika, menyatakan keyakinannya bahwa Israel memiliki ambisi untuk mengambil alih Gaza utara. Ia mengingatkan bahwa meskipun dipermudahnya akses untuk kembali, kondisi dan infrastruktur yang rusak berat menjadi tantangan besar bagi para pengungsi.

Data terbaru menunjukkan bahwa sejak 7 Oktober 2023, konflik ini telah mengakibatkan lebih dari 47.306 warga Palestina tewas dan 111.483 lainnya terluka. Sementara itu, setidaknya 1.139 orang di Israel tewas akibat serangan yang dipimpin Hamas. Kekerasan yang berkelanjutan dan pembongkaran infrastruktur telah menyebabkan lebih dari 90% dari 2,3 juta penduduk Gaza terpaksa mengungsi.

Dalam konteks yang lebih luas, kembalinya 200.000 warga ini menyoroti kerentanan yang dihadapi oleh masyarakat Gaza. Di tengah suka cita menyambut kembali rumah, mereka harus siap berhadapan dengan tantangan untuk membangun kembali kehidupan mereka yang hancur akibat konflik berkepanjangan. Dengan ketidakpastian yang masih menyelimuti masa depan, harapan akan perdamaian yang langgeng dan kesejahteraan untuk Gaza tetap menjadi cita-cita yang harus diperjuangkan.

Exit mobile version