Hamas Konfirmasi Kematian Komandan Brigade Al Qassam, Mohammed Deif

Hamas mengonfirmasi kematian komandan Brigade Izzuddin Al Qassam, Mohammed Deif, pada Kamis (30/1/2025). Pengumuman ini datang enam bulan setelah Israel sebelumnya mengklaim telah membunuh Deif dalam serangan udara di Gaza pada Juli 2024. Juru Bicara Brigade Al Qassam, Abu Obeida, menyatakan bahwa kepergian Deif adalah hal yang wajar setelah dia dikejar selama 30 tahun akibat perjuangannya yang keras melawan Israel.

Dalam pernyataan tersebut, Abu Obeida menyampaikan, “Ini wajar bagi pemimpin kami, Mohammed Deif, yang telah membuat musuh kelelahan selama lebih dari 30 tahun.” Ia juga menekankan bahwa sejarah tidak akan lengkap tanpa menyebutkan gelar ‘syahid’ pada Deif, menghormati perjuangan dan pengorbanannya.

Selain mengonfirmasi kematian Deif, Obeida juga mengumumkan bahwa wakil komandan Al Qassam, Marwan Issa, serta beberapa komandan lainnya, juga telah meninggal. Di antara yang disebutkan adalah:

1. Ghazi Abu Tamaa – Komandan persenjataan dan layanan tempur.
2. Raed Thabet – Komandan sumber daya manusia dan kepala unit logistik.
3. Rafei Salama – Komandan brigade Khan Younis.

Israel sebelumnya mengklaim membunuh Issa pada Maret 2025, namun pejabat senior Hamas mengatakan bahwa mereka tidak menerima bukti kematian Issa.

Mohammed Deif dikenal sebagai salah satu pendiri Brigade Al Qassam pada tahun 1990-an dan telah memimpin sayap militer tersebut selama lebih dari 20 tahun. Di bawah kepemimpinannya, Deif merencanakan serangan yang menyebabkan kematian puluhan warga Israel. Salah satu kiprahnya yang paling terkenal adalah peran di balik pembangunan jaringan terowongan dan keahliannya dalam menciptakan senjata.

Setelah Operasi Badai Al Aqsa yang dilancarkan Hamas ke wilayah Israel pada 7 Oktober 2023, Deif merilis rekaman suara yang mengumumkan bahwa penyerbuan tersebut adalah respons terhadap serangan Israel terhadap Masjid Al Aqsa di Yerusalem Timur. Suaranya yang tegas dan berani menjadi simbol dari perlawanan terhadap agresi Israel.

Karena aktivitas dan perannya, Deif telah dimasukkan dalam daftar buronan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang. Selain itu, ICC juga mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan mantan Menteri Pertahanan, Yoav Gallant, terkait tuduhan serupa.

Kematian Mohammed Deif menandai akhir dari sebuah era bagi Brigade Al Qassam dan menciptakan perdebatan di berbagai kalangan tentang dampak spiritual dan militernya terhadap Hamas. Banyak pendukung Hamas yang merasakan kehilangan yang mendalam, menjadikannya sebagai simbol perlawanan terhadap penjajahan.

Meskipun kematian Deif merupakan pukulan berat bagi organisasi tersebut, banyak analis berpendapat bahwa Brigade Al Qassam telah membangun fondasi yang kuat dan struktur kepemimpinan yang akan mampu mengatasi kehilangan ini. Dengan tetap aktifnya organisasi, kemampuan Hamas untuk melanjutkan beberapa strateginya mungkin tidak akan terhenti meski telah kehilangan pemimpin ikoniknya.

Sementara itu, Israel akan terus memfokuskan upaya operasinya untuk mengurangi kemampuan militer Hamas dengan harapan mengurangi ancaman yang datang dari kelompok tersebut. Tindakan ini, di satu sisi, diharapkan dapat memberikan rasa aman bagi warga Israel, tetapi di sisi lain, terus memperburuk ketegangan di kawasan yang sudah rentan.

Exit mobile version