80 Ribu Orang Diperkirakan Demo Presiden Serbia, Terbesar dalam Dekade!

Ribuan demonstran, terutama mahasiswa, berkumpul di ibu kota Serbia, Beograd, pada Jumat (14/3/2025) waktu setempat, untuk mengikuti unjuk rasa antipemerintah yang diperkirakan akan melibatkan hingga 80.000 orang. Aksi ini menjadi sorotan karena diprediksi sebagai demonstrasi terbesar dalam beberapa dekade terakhir. Banyak di antara mereka yang datang dari berbagai daerah, bahkan menempuh jarak ratusan mil dengan berjalan kaki atau bersepeda untuk menunjukkan ketidakpuasan mereka terhadap pemerintahan Presiden Aleksandar Vucic.

Presiden Vucic mengungkapkan harapannya agar petugas kepolisian menahan diri dalam menghadapi aksi unjuk rasa, namun ia juga menekankan bahwa pihaknya tidak akan ragu untuk menahan siapa pun yang dianggap membahayakan ketertiban umum. “Negara akan melakukan segalanya untuk mengamankan perdamaian. Mereka yang membahayakan perdamaian akan ditangkap,” ujar Vucic dalam konferensi pers yang dilansir Reuters. Pernyataan ini menunjukkan keinginan pemerintah untuk mengelola situasi dengan hati-hati, meskipun kekhawatiran akan potensi ketegangan tetap ada.

Ribuan demonstran tak hanya berasal dari kalangan mahasiswa, tetapi juga mencakup guru, petani, dan pekerja yang bersatu dalam mengekspresikan ketidakpuasan masyarakat. Aksi ini merupakan lanjutan dari protes yang sudah berlangsung hampir setiap hari sejak bulan Desember, yang dipicu oleh bencana robohnya atap stasiun kereta api di Novi Sad pada 1 November yang menyebabkan 15 orang tewas. Para penentang pemerintah berpendapat bahwa bencana tersebut merupakan akibat dari korupsi yang terjadi di bawah kepemimpinan Vucic, seorang populis yang telah berkuasa selama 12 tahun, baik sebagai perdana menteri maupun presiden.

Keberangkatan ribuan demonstran menuju pusat kota Beograd terlihat sangat meriah, dimana mereka melambaikan bendera Serbia dan bersorak riuh. Ratusan pengendara sepeda motor memberikan dukungan dengan menyalakan mesin mereka di dekat gedung parlemen, sementara mobil-sapu membunyikan klakson sebagai bentuk solidaritas. Seorang mahasiswa berusia 19 tahun dari Zrenjanin, Angelina, mengungkapkan semangatnya, “Penduduk Belgrad, para pembebas telah tiba.”

Beberapa elemen dalam aksi demonstrasi ini mengindikasikan bahwa masyarakat sudah sangat muak dengan tindakan pemerintah yang dianggap tidak responsif terhadap berbagai tuntutan. Dalam pernyataannya, penyelenggara mengklaim bahwa jumlah peserta unjuk rasa bisa lebih dari yang diperkirakan oleh pihak berwenang, yang menilai sekitar 60.000 hingga 80.000 peserta akan hadir. Hal ini menandakan betapa signifikannya tingkat ketidakpuasan yang dialami oleh rakyat Serbia saat ini.

Demonstrasi ini juga dihadiri oleh kerumunan loyalis Vucic, yang melakukan perkemahan di dekat kantor presiden dengan membawa traktor untuk mengepung tempat tersebut. Situasi ini menggambarkan betapa intensnya ketegangan politik yang terjadi, di mana dua kubu yang berseberangan saling menunjukkan eksistensi mereka secara langsung.

Di tengah situasi yang memanas, Perdana Menteri Milos Vucevic yang dijadwalkan akan lengser, menegaskan bahwa polisi akan campur tangan jika situasi kebangkitan demonstran berubah menjadi kekerasan. Sejak Desember, para mahasiswa mengajukan berbagai tuntutan, termasuk permintaan untuk penerbitan dokumen terkait bencana stasiun kereta api dan pertanggungjawaban bagi mereka yang dianggap bertanggung jawab atas insiden tersebut. Sebanyak 13 orang telah didakwa terkait kasus ini, dan pemerintah sendiri telah mengumumkan kampanye antikorupsi setelah banyaknya kritik yang datang.

Dengan dinamika yang semakin memanas, unjuk rasa ini tidak hanya mencerminkan gagasan kolektif masyarakat Serbia dalam menuntut keadilan, tetapi juga menjadi arena pertarungan politik yang menentukan masa depan pemerintah Vucic. Situasi yang bergejolak ini menunjukkan bahwa rakyat Serbia semakin vokal dan berani dalam menyuarakan tuntutan mereka untuk perubahan.

Exit mobile version