Kairo menjadi sorotan setelah seorang arkeolog terkemuka membuka tabir misteri yang telah menghantui banyak orang selama bertahun-tahun, yakni kutukan Firaun. Sejak penemuan makam kuno hingga saat ini, sejumlah kematian yang terjadi setelah pembongkaran makam sering kali diasosiasikan dengan kutukan, terutama bagi mereka yang terlibat dalam penemuan makam raja-raja Mesir seperti Tutankhamun.
Kematian Lord Carnarvon, yang membiayai pencarian makam Tutankhamun pada tahun 1922, menjadi salah satu contoh paling terkenal terkait kutukan ini. Ia meninggal lima bulan setelah makam tersebut terbuka, akibat infeksi yang didapat dari gigitan nyamuk saat bercukur. Peristiwa ini memicu banyak cerita dan spekulasi tentang adanya kutukan bagi mereka yang mengganggu tempat peristirahatan terakhir para firaun.
Namun, Zahi Hawass, mantan menteri negara urusan barang antik Mesir, mengungkapkan fakta yang berbeda. Dalam wawancara dengan The Sun, Hawass menjelaskan bahwa kematian yang dialami oleh beberapa arkeolog tidak ada kaitannya dengan sihir kuno, tetapi lebih kepada infeksi yang disebabkan oleh kuman yang terdapat pada mumi di dalam makam.
Ia menekankan bahwa mumi yang terawetkan dengan baik dapat menjadi wadah bagi kuman-kuman yang tidak terlihat, yang dapat berbahaya bagi kesehatan. "Ketika Anda memiliki mumi di dalam makam, mumi ini memiliki kuman yang tidak dapat Anda lihat," ungkap Hawass.
Proses pembongkaran makam yang dilakukan tanpa kehati-hatian dapat meningkatkan risiko paparan terhadap kuman ini. Hawass mencontohkan pengalamannya baru-baru ini ketika ia menemukan sarkofagus seberat 25 ton yang terpendam 60 kaki di bawah tanah. Sebelum menyusuri lebih jauh, ia memerintahkan agar sarkofagus tersebut dibiarkan terbuka selama setengah jam untuk membiarkan udara buruk keluar, memberi kesempatan bagi udara segar untuk masuk.
Hawass juga menjelaskan mengenai dampak pemberitaan pada saat penemuan makam Tutankhamun. Saat itu, hak eksklusif berita diberikan kepada surat kabar The Times, sehingga wartawan lain tidak dapat meliput secara langsung. Ketika Lord Carnarvon meninggal, cerita mengenai kutukan tersebut menyebar luas tanpa adanya fakta yang kuat. "Mereka membuat banyak cerita tentang kutukan itu yang tidak benar," tambahnya, mengindikasikan bahwa banyak laporan pada saat itu didasari oleh spekulasi belaka.
Daftar dalam artikel ini menunjukkan beberapa fakta menarik terkait kutukan Firaun:
- Kematian Lord Carnarvon: Meninggal karena infeksi yang disebabkan oleh gigitan nyamuk, hanya lima bulan setelah pembukaan makam Tutankhamun.
- Kuman pada Mumi: Mumi dapat membawa kuman berbahaya yang tidak dapat dilihat secara langsung.
- Proses Pembongkaran Makam: Ada prosedur yang harus diikuti untuk menghindari risiko terpapar kuman.
- Pengaruh Media: Pemberitaan yang sensasional pada masa penemuan makam menyebabkan munculnya banyak cerita mengenai kutukan.
Dengan penjelasan dari Hawass, jelas bahwa banyak kematian yang dikaitkan dengan kutukan Firaun bukanlah karena hal-hal mistis, tetapi lebih kepada kebangkitan risiko kesehatan yang tak terduga. Hal ini menyoroti pentingnya pendekatan ilmiah dalam arkeologi, serta kebutuhan untuk meningkatkan kesadaran akan keselamatan saat menangani artefak kuno. Seiring penggalian arkeologi terus berlanjut, misteri Mesir kuno akan terus menarik perhatian dunia, tidak hanya karena nilai sejarahnya, tetapi juga karena kisah-kisahnya yang keliru, seperti mitos kutukan firaun.