Stres yang berkepanjangan sering kali dianggap sebagai musuh utama kesehatan mental dan fisik. Namun, dampak negatifnya tidak hanya terbatas pada kesehatan mental; kesehatan gigi dan mulut juga dapat terpengaruh. Menurut Dr. Prafull Sabadra, pendiri Pusat Kedokteran Gigi Sabadra, stres dapat memicu sejumlah masalah yang merugikan bagi kondisi gigi dan gusi.
Kebiasaan tidak sadar menjadi salah satu dampak langsung dari stres yang dapat memengaruhi kesehatan gigi. Dalam dunia kedokteran gigi, ada beberapa isu yang sering muncul akibat kondisi stres, di antaranya:
1. Menggertakkan Gigi (Bruxism)
Bruxism adalah kondisi di mana seseorang mengatupkan atau menggertakkan gigi secara tidak sadar, yang sering terjadi saat tidur. Stres dan kecemasan yang meningkat dapat meningkatkan aktivitas otot rahang, menyebabkan tekanan berlebih pada gigi. Hal ini dapat mengakibatkan gigi retak, keausan enamel, serta nyeri pada rahang. Jika kebiasaan ini tidak diatasi, risikonya akan semakin besar.
2. Mulut Kering (Xerostomia)
Kondisi stres kronis dapat menghambat produksi air liur, yang penting untuk menjaga kesehatan mulut. Mulut kering dapat memperburuk risiko gigi berlubang karena berkurangnya pembersihan alami. Selain itu, risiko penyakit gusi, infeksi mulut, serta kesulitan dalam mengunyah dan berbicara juga meningkat.
3. Menurunnya Kebersihan Gigi dan Mulut
Stres berpotensi menurunkan motivasi seseorang untuk merawat kesehatan giginya. Seseorang yang mengalami stres cenderung mengabaikan kebersihan mulut, seperti malas menyikat gigi. Kebiasaan buruk juga bisa muncul, seperti mengonsumsi makanan manis atau asam yang merusak gigi.
4. Melemahnya Sistem Imun
Stres berkepanjangan dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh melemah, sehingga gusi menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Infeksi seperti gingivitis dan periodontitis mungkin akan lebih mudah terjadi, dan pemulihan setelah perawatan gigi juga dapat melambat.
5. Gangguan Tidur
Stres dapat menyebabkan gangguan tidur, yang juga berkontribusi pada bruxism. Kurang tidur tidak hanya memperburuk kondisi menggertakkan gigi, tetapi juga menghambat proses pemulihan jaringan mulut, membuat gusi lebih mudah teriritasi.
6. Hormon Stres dan Kesehatan Mulut
Kadar hormon stres, seperti kortisol, yang meningkat dapat memengaruhi kepadatan tulang rahang dan meningkatkan risiko kehilangan gigi. Selain itu, kebiasaan buruk, seperti menggigit kuku atau menggunakan gigi untuk membuka kemasan, juga dapat menyebabkan kerusakan pada enamel gigi.
Namun, ada beberapa cara untuk mencegah dampak negatif stres pada kesehatan gigi. Dr. Sabadra merekomendasikan sejumlah langkah yang dapat diambil oleh individu dalam menghadapi stres:
– Berlatih teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau mindfulness.
– Menjaga kebersihan mulut dengan menyikat gigi dua kali sehari dan menggunakan benang gigi.
– Menghindari konsumsi makanan tinggi gula dan asam.
– Tetap terhidrasi untuk membantu mengatasi mulut kering.
– Mengunjungi dokter gigi secara rutin untuk pemeriksaan kesehatan gigi dan gusi.
Dengan memanfaatkan pendekatan yang tepat, kita dapat melindungi kesehatan gigi dan mulut dari dampak negatif stres. Mengingat pentingnya kesehatan mulut bagi kualitas hidup secara keseluruhan, adalah bijak untuk tidak mengabaikan tanda-tanda stres yang dapat berpotensi merusak kesehatan gigi.