BI Hati-Hati Serap SBN: Rencana Beli Surat Utang Rp150 Triliun!

Bank Indonesia (BI) berencana untuk membeli Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder sebesar Rp150 triliun tahun ini. Rencana ini dimaksudkan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah yang akhir-akhir ini mengalami tekanan. Namun, BI menegaskan bahwa mereka akan melakukan penyerapan SBN tersebut dengan hati-hati untuk menghindari distorsi harga di pasar.

R. Triwahyono, Direktur Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI, mengungkapkan pentingnya pendekatan yang hati-hati dalam melakukan pembelian SBN. “Kita lakukan pembelian [dengan hati-hati] dan juga lihat kondisi pasar yang ada, jangan sampai mendistorsi harga di market,” ungkapnya saat Taklimat Media pada 6 Maret 2025. BI sangat memperhatikan besaran pembelian serta kebutuhan likuiditas perekonomian terkini sebagai bagian dari strategi mereka.

Ekonom memandang bahwa semakin banyaknya kepemilikan SBN oleh BI dapat menambah risiko terhadap stabilitas nilai tukar rupiah. Beberapa ekonom memperingatkan bahwa peningkatan kepemilikan SBN oleh bank sentral tidak lantas menjamin stabilitas, melainkan bisa berpotensi membuat rupiah semakin tertekan. Athena Stia, ekonom dari lembaga riset ekonomi terkemuka, menyatakan, “Risiko nilai tukar tidak bisa diabaikan dalam kondisi pasar saat ini. BI harus sangat hati-hati.”

Dalam situasi di mana investor asing menarik diri dari pasar SBN, BI berperan sebagai “penampung” untuk mencegah terjadinya kejatuhan nilai tukar rupiah. Triwahyono menjelaskan, “Ketika asing mau keluar dari pasar SBN, di situ kita stabilisasi dengan cara pembelian, itu kita lakukan dengan hati-hati.” Langkah ini diharapkan dapat menjaga stabilitas rupiah dan mencegahnya dari anjlok lebih jauh.

Hingga 5 Maret 2025, kepemilikan SBN oleh BI mencapai Rp1.543,95 triliun, yang berkontribusi sekitar 24,96% dari total outstanding SBN. Meski secara persentase terjadi penurunan dari 29,41% pada awal Januari 2025, jumlah nominalnya tetap meningkat. Ini menunjukkan bahwa BI sedang berusaha menjaga keseimbangan antara pembelian aset dan memelihara stabilitas pasar.

Gubernur BI Perry Warjiyo sebelumnya menyatakan bahwa rencana pembelian SBN ini merupakan salah satu strategi untuk mengembalikan nilai tukar rupiah ke level yang diharapkan, yakni Rp15.285. “Bisa jadi sampai Rp150 triliun bahkan kemungkinan bisa lebih tinggi. Nanti kami akan bicarakan,” katanya pada 18 Desember 2024. BI berkomitmen untuk memantau perkembangan dinamika pasar keuangan dan kebutuhan likuiditas sebelum mengeksekusi pembelian SBN di pasar sekunder.

Selain itu, BI juga mempertimbangkan untuk membeli SBN yang berkaitan dengan program pembangunan perumahan, yang mencakup pembangunan 3 juta rumah. Namun, hingga saat ini, belum ada informasi terbaru mengenai penerbitan SBN untuk program tersebut, baik dari BI maupun pemerintah.

Dengan langkah-langkah hati-hati ini, BI berharap dapat menciptakan stabilitas di pasar SBN dan nilai tukar rupiah, terutama di tengah ketidakpastian global yang dapat mempengaruhi ekonomi domestik. Keterlibatan aktif dari BI dalam pasar SBN merupakan langkah krusial untuk menjaga likuiditas serta meningkatkan kepercayaan investor, baik domestik maupun asing.

Melihat situasi ekonomi saat ini, BI harus beradaptasi dan bersiap menghadapi tantangan ke depan, sementara tetap menjalankan tanggung jawab utamanya sebagai pengatur kebijakan moneter yang seimbang dan efisien.

Exit mobile version