Bolehkah Pasien Gagal Ginjal Mudik? Simak Tips Dokter Podme!

Perjalanan mudik menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang, termasuk pasien gagal ginjal yang menjalani terapi dialisis. Meskipun mudik bagi mereka bisa dilakukan, terdapat sejumlah persiapan yang perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan selama perjalanan. Hal ini disampaikan oleh dr. Donnie Lumban Gaol, dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal hipertensi dari Mayapada Hospital, Jakarta Selatan, dalam sebuah wawancara mengenai kesiapan pasien dialisis saat mudik.

Pasien dialisis adalah individu yang terpaksa menjalani terapi cuci darah akibat fungsi ginjal mereka yang tidak dapat menyaring limbah dan cairan dari tubuh dengan baik. Untuk pasien yang berada di fase penyakit ginjal kronis stadium akhir, perjalanan mudik memerlukan perencanaan yang matang. Dr. Donnie menekankan pentingnya pengendalian asupan cairan dan makanan selama perjalanan, terutama yang mengandung karbohidrat dan protein tinggi.

Beberapa tips yang diberikan oleh dr. Donnie untuk pasien dialisis yang ingin bepergian antara lain:

  1. Pastikan Kondisi Stabil: Sebelum berangkat, pasien harus memastikan bahwa kondisi kesehatan mereka dalam keadaan baik. Hal ini penting untuk mencegah masalah kesehatan yang bisa muncul selama perjalanan.

  2. Cek Lokasi Rumah Sakit: Sangat dianjurkan untuk mencari dan mengetahui lokasi rumah sakit atau klinik dialisis terdekat di tempat tujuan. Pasien sebaiknya membuat janji terlebih dahulu untuk memastikan ketersediaan layanan.

  3. Jaga Asupan Cairan: Selama perjalanan, hindari minum terlalu banyak untuk mencegah dehidrasi. Dr. Donnie juga mengingatkan agar pasien menghindari makanan dengan kadar garam tinggi yang bisa memicu haus berlebihan.

  4. Komunikasi dengan Tenaga Medis: Bagi pasien yang jadwal dialisisnya harus bergeser, komunikasi dengan dokter di tempat asal sangat penting. Konsultasi dan pengaturan ulang jadwal dialisis dapat dilakukan dengan membuat surat rujukan.

  5. Kontrol Gula dan Tekanan Darah: Pasien yang belum menjalani dialisis tetapi memiliki potensi gagal ginjal disarankan untuk terus memonitor gula darah dan tekanan darah selama perjalanan.

Penting untuk dicatat bahwa pasien dialisis tidak boleh menghentikan terapi mereka sembarangan. Orchestrasi dokumen dan komunikasi yang baik antara fasilitas kesehatan di tempat asal dan tujuan dapat menyelamatkan nyawa. Dr. Donnie menekankan, "Tidak boleh berhenti, karena itu akan membahayakan nyawa," suatu pengingat akan kritisnya kesesuaian jadwal untuk terapi dialisis demi keselamatan pasien.

Fenomena peningkatan kasus penyakit ginjal di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar 2018, prevalensi penyakit ginjal kronis menyentuh angka 0,38% dari total populasi, yang berarti ada sekitar 713.783 orang yang mengalaminya. Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa 1 dari 10 orang di Indonesia mengalami penyakit ginjal, termasuk di usia muda. Data dari Indonesian Renal Registry menunjukkan peningkatan kadar pasien yang menjalani hemodialisis dari 21.759 pada tahun 2013 menjadi 52.835 pasien pada tahun 2016.

Hari Ginjal Sedunia yang diperingati pada tahun 2025 menjadi salah satu momen penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan ginjal. Berbagai inisiatif dilakukan oleh pihak terkait untuk meningkatkan pemahaman dan deteksi dini penyakit ginjal, sebagai langkah preventif yang vital. Program-program edukasi, seperti deteksi dini dan skrining, diharapkan dapat mengurangi angka kematian akibat gagal ginjal yang terus meningkat.

Saat melakukan perjalanan mudik, pasien gagal ginjal harus tetap waspada dan menjaga kesehatan mereka. Persiapan yang baik, pemahaman tentang kondisi kesehatan sendiri, dan komunikasi yang efektif dengan tenaga medis adalah kunci agar perjalanan dapat berlangsung dengan selamat dan nyaman. Tindakan pencegahan ini tak hanya bermanfaat bagi pasien, tetapi juga menjadi bagian dari kesadaran kolektif akan pentingnya kesehatan ginjal di masyarakat.

Exit mobile version