Jakarta, Podme.id – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan kinerja negatif dalam sepekan terakhir, mencatatkan penurunan hingga 4,67% atau "week on week" (wow) pada periode 21-27 Februari 2025. Menurut Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman, penurunan ini disebabkan oleh tiga faktor utama: kondisi global, situasi domestik, dan kinerja korporasi.
Dalam pernyataannya di kantor BEI, Iman menjelaskan bahwa ada tantangan besar di pasar yang disebabkan oleh ketidakpastian di berbagai aspek. "Indeks ini tertekan karena tiga hal, yakni bagaimana kondisi global, situasi domestik, dan kinerja perusahaan. Itu tiga hal yang menjadi isu saat ini," ungkapnya.
Berikut adalah tiga faktor yang diidentifikasi sebagai penyebab utama dari penurunan tajam IHSG:
-
Perang Tarif Global: Pertama, situasi perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dengan negara-negara mitra dagang seperti Meksiko dan Kanada berdampak signifikan terhadap aliran modal asing. Iman menjelaskan bahwa banyak dana asing yang lebih memilih untuk memasuki pasar AS karena dianggap lebih aman, yang berdampak pada pasar emerging market, termasuk Indonesia. "Sekitar 70% dana terbang menuju ke AS dan ini tentu berpengaruh bagi kita," jelasnya.
-
Kebijakan Moneter Federal Reserve (The Fed): Kedua, kebijakan suku bunga AS yang dinilai tidak sesuai harapan. Meski ada ekspektasi bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga, Iman menegaskan bahwa bagiannya diharapkan hanya satu kali pada tahun ini. "Interest rate di AS sangat sensitif terhadap bursa dan jika suku bunga ini naik, itu akan menekan pasar," ujarnya, memberikan sinyal bahwa investor harus mempertimbangkan dampak dari kebijakan moneter global.
- Ketidakpastian Ekonomi Domestik dan Dominasi Investor Asing: Ketiga, masalah ketidakpastian ekonomi di dalam negeri juga turut mempengaruhi IHSG. Menurut Iman, sekitar 40% pasar modal Indonesia didominasi oleh investor asing. "Ketika investor asing menarik diri, pasar domestik yang terbatas tidak mampu menopang indeks," ujarnya. Hal ini menunjukkan perlunya penambahan basis investor domestik untuk mendukung stabilitas pasar.
Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi adalah koreksi pasar dan kinerja laporan keuangan dari emiten. Meskipun ada beberapa perusahaan yang melaporkan kenaikan laba, hasil tersebut masih seringkali di bawah ekspektasi konsensus pasar. "Kondisi ini memperburuk situasi indeks yang sudah tertekan," tambah Iman.
Menghadapi penurunan yang signifikan ini, pasar modal Indonesia tentunya harus waspada terhadap gejolak yang mungkin terjadi di pasar global. Dampak dari kebijakan-kebijakan eksternal dan internal sektor ekonomi sangat penting untuk diperhatikan, terlebih ketika berhadapan dengan kondisi yang sangat dinamis seperti saat ini.
Dengan pergerakan IHSG yang tidak menentu, penting bagi investor untuk tetap mengikuti perkembangan dan melakukan analisis lebih dalam terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya. Tingkat volatilitas yang tinggi di pasar tentunya membutuhkan ketelitian dalam mengambil keputusan investasi. Sehingga, strategi yang tepat dan pemahaman yang mendalam mengenai situasi pasar akan menjadi kunci untuk menghadapi tantangan ke depan.