China Selidiki Google: Apa yang Menyebabkan Ketegangan Ini?

Otoritas China kini tengah melakukan penyelidikan terhadap perusahaan teknologi raksasa asal Amerika Serikat, Google. Langkah ini dinilai sebagai respons terhadap kebijakan perdagangan proteksionis yang diterapkan oleh pemerintahan mantan Presiden AS, Donald Trump, yang mulai mengimplementasikan tarif 10 persen pada barang-barang asal China. Penyelidikan ini diumumkan oleh Badan Pengawas Pasar China beberapa menit setelah penerapan tarif tersebut pada 4 Februari 2025.

Pengawasan ini berfokus pada dugaan pelanggaran undang-undang antimonopoli oleh Google. Meskipun rincian lebih lanjut mengenai tuduhan tersebut tidak diungkapkan, langkah ini menunjukkan bahwa ketegangan antara kedua negara masih sangat tinggi, meskipun terdapat harapan untuk meredakan hubungan setelah berakhirnya masa kepemimpinan Trump.

Guru besar Antimonopoli di Universitas Bisnis dan Ekonomi Internasional, John Gong, menyatakan bahwa penyelidikan ini mungkin berfokus pada sistem operasi Android, yang banyak digunakan oleh produsen ponsel di China. “Banyak produsen ponsel mengeluhkan praktik Google yang dianggap memberatkan mereka,” ungkap Gong. Di luar Apple dan Huawei, hampir semua merek ponsel membayar biaya lisensi kepada Google untuk menggunakan Android, yang menimbulkan kekhawatiran akan praktik monopoli di industri ponsel.

Selain Google, Otoritas China juga menargetkan sedikitnya dua perusahaan AS lainnya, yang telah dimasukkan dalam daftar hitam sehingga tidak dapat berinvestasi di negara tersebut. Langkah ini semakin menambah daftar panjang ketegangan perdagangan antara pemerintah AS dan China, yang telah berlangsung selama beberapa tahun dan dipicu oleh berbagai isu mulai dari tarif hingga hak kekayaan intelektual.

Penyelidikan ini, meskipun memiliki potensi dampak, tampaknya tidak akan segera mengganggu operasional Google dalam waktu dekat. Proses penyelidikan ini diperkirakan dapat memakan waktu berbulan-bulan sebelum mencapai keputusan akhir. Selama waktu tersebut, banyak pihak akan memantau dengan saksama perkembangan yang dapat mempengaruhi hubungan dagang serta investasi antara kedua negara.

Dampak dari keputusan ini tidak hanya akan dirasakan oleh Google, tetapi juga oleh perusahaan-perusahaan teknologi lainnya yang beroperasi di China. Dengan adanya hukum antimonopoli yang lebih ketat, tekanan terhadap perusahaan AS bisa semakin meningkat, terutama dalam konteks perang dagang yang terus berlanjut.

Huawei, perusahaan teknologi terkemuka China, telah mengembangkan sistem operasi mereka sendiri yang bernama HarmonyOS. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap larangan yang dikenakan oleh pemerintah AS yang melarang perusahaan-perusahaan AS bekerja sama dengan Huawei, terutama setelah perusahaan itu dimasukkan dalam daftar entitas yang dianggap mengancam keamanan nasional pada tahun 2019.

Tidak hanya di China, Google juga menghadapi masalah serupa di berbagai negara lainnya, termasuk Uni Eropa, Korea Selatan, Rusia, India, dan Turki, di mana perusahaan tersebut dituduh menyalahgunakan kekuatan pasar mereka. Tuduhan ini mencerminkan tantangan global yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan teknologi besar, yang sering kali disorot dalam diskusi tentang persaingan pasar yang sehat.

Dengan meningkatnya pengawasan terhadap raksasa teknologi seperti Google, penting bagi lainnya untuk menyusun strategi yang sesuai. Situasi ini menggarisbawahi kompleksitas interaksi antara kebijakan perdagangan, hukum antimonopoli, dan inovasi teknologi dalam arus global yang terus berubah.

Sementara itu, Google dan perusahaan-perusahaan lainnya diharapkan tetap waspada karena ketegangan antara AS dan China masih berlanjut, menciptakan ketidakpastian di pasar yang dapat berdampak pada strategi bisnis jangka panjang mereka. Seiring dengan berlangsungnya penyelidikan ini, seluruh dunia akan menantikan hasil yang ditentukan oleh Otoritas China dan dampaknya terhadap hubungan dagang global.

Exit mobile version