Eks Presiden Peru Dilarikan ke RS, Mogok Makan 3 Hari!

Mantan Presiden Peru, Pedro Castillo, dilarikan ke rumah sakit setelah melakukan mogok makan selama tiga hari sebagai bentuk protes terhadap persidangan yang sedang berlangsung mengenai tuduhan pemberontakannya. Castillo, yang telah ditahan di penjara sejak Desember 2022, dibawa dengan ambulans ke rumah sakit di distrik Vitarte pada Kamis, 13 Maret 2025, setelah pihak berwenang mencurigainya mengalami ketidakseimbangan cairan-elektrolit dan dehidrasi ringan.

Menurut laporan dari media setempat, kondisi kesehatan Castillo menjadi perhatian setelah izin kunjungan untuknya ditangguhkan akibat mogok makannya, yang dinilai melanggar peraturan di penjara. Hakim Norma Carbajal yang menangani kasusnya menyatakan bahwa meski kondisi Castillo tidak mengancam jiwa, ia tetap dirawat di rumah sakit untuk tujuan pencegahan dan saat ini dalam keadaan stabil.

Mogok makan yang dilakukan oleh Castillo dimulai pada 10 Maret dan merupakan bentuk protes terhadap apa yang ia sebut sebagai pengadilan yang tidak adil. Mantan presiden berusia 55 tahun itu menegaskan bahwa semua tuduhan terhadapnya adalah tidak benar dan mengklaim bahwa ia dipenjara secara tidak adil atas tuduhan yang tak beralasan. Hal ini sejalan dengan upaya hukum yang ia lakukan melalui pengacaranya, Walter Ayala, yang telah mengajukan permohonan kepada Komisi Hak Asasi Manusia Inter-Amerika agar hak-haknya dipulihkan.

Setelah dimakzulkan oleh Kongres pada 7 Desember 2022, Castillo dijatuhi hukuman 18 bulan penjara. Ia diadili karena diduga terlibat dalam organisasi kriminal dan melakukan kejahatan publik, dengan hukuman penjara pencegahannya diperpanjang selama 14 bulan pada bulan Juni yang lalu.

Tindakan mogok makan ini menjadi bagian dari rangkaian protes yang lebih besar oleh berbagai aktivis hak asasi manusia di Peru, yang berpendapat bahwa perlakuan terhadap Castillo telah melanggar hak-haknya. Selain itu, berbagai kelompok masyarakat sipil di dalam dan luar Peru juga menunjukkan solidaritas terhadap mantan presiden tersebut, menyerukan peninjauan kembali terhadap semua tuduhan yang dikenakan kepadanya.

Bagi banyak pengamat, kasus yang melibatkan Castillo mencerminkan ketegangan politik yang terus berlanjut di Peru. Setelah pengunduran dirinya, pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Dina Boluarte menghadapi kritik dan tantangan dari kelompok pendukung Castillo yang merasa hak mereka terabaikan. Persidangan Castillo menjadi salah satu pusat perhatian dalam konteks politik Peru, mengingat latar belakang tuduhan yang melingkupi kariernya.

Daftar kondisi yang dialami Castillo selama penahanannya mencakup beberapa poin penting:

1. Dia terlibat dalam persidangan yang berfokus pada tuduhan pemberontakan.
2. Mogok makannya merupakan respon atas kondisi dan perlakuan yang ia terima di penjara.
3. Kondisinya saat ini dinyatakan stabil oleh pihak rumah sakit dan hakim.
4. Proses hukum yang dijalaninya mendapatkan perhatian dari organisasi hak asasi manusia internasional.
5. Kasus ini menyoroti ketegangan politik di Peru dan reaksi masyarakat terhadap penegakan hukumnya.

Mantan presiden tersebut kini menghadapi tantangan yang tidak hanya terkait dengan kebebasan pribadinya, tetapi juga mencerminkan kompleksitas politik dan hukum yang dihadapi oleh negara Peru saat ini. Dengan berbagai dinamika yang masih berkembang, kisah Pedro Castillo berpotensi menjadi indikator penting bagi masa depan politik serta hak-hak individu di Peru.

Exit mobile version