Empat Tentara Perempuan Israel Dilepaskan untuk Bebaskan 200 Tahanan Palestina

Empat tentara perempuan Israel, Karina Ariev, Daniella Gilboa, Naama Levy, dan Liri Albag, yang ditangkap dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, telah dibebaskan dan diserahkan kepada Palang Merah di Kota Gaza pada Sabtu, 25 Januari. Pembebasan keempat tentara tersebut dilakukan sebagai bagian dari kesepakatan yang melibatkan pembebasan 200 tahanan Palestina oleh Israel. Momen tersebut dipamerkan secara terbuka oleh Hamas, dengan ribuan orang menyaksikan di Alun-alun Palestina, di mana para tentara terlihat merayakan kebebasan mereka dengan senyuman dan melambaikan tangan.

Keempat tentara itu ditangkap dalam serangan yang mengakibatkan lebih dari 60 tentara Israel tewas. Mereka merupakan anggota unit pengintai yang bertugas memantau ancaman di sepanjang perbatasan Gaza. Penyerahan mereka juga mengundang sorak sorai dari kerumunan di Tel Aviv, di mana banyak orang berkumpul untuk mengikuti perkembangan di televisi. Aviv Bercovich, salah satu saksi, mengungkapkan perasaannya, “Saya tidak bisa berkata-kata. Saya merinding melihat mereka. Saya hanya ingin perang segera berakhir.”

Dalam kesepakatan ini, Israel setuju untuk membebaskan 200 tahanan Palestina, termasuk 121 orang yang dijatuhi hukuman seumur hidup. Beberapa dari mereka yang dibebaskan termasuk individu yang terlibat dalam serangan mematikan terhadap warga Israel. Sementara itu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa Israel tidak akan mengizinkan warga Palestina kembali ke Gaza utara sampai seorang sandera sipil, Arbel Yehoud, yang juga ditawan, dibebaskan.

Gencatan senjata yang terjadi saat ini bertujuan untuk menghentikan perang yang berlangsung paling mematikan antara Israel dan Hamas. Kesepakatan ini membawa harapan akan peningkatan bantuan kemanusiaan untuk daerah Gaza yang terdampak parah akibat konflik. Sejak dimulainya gencatan senjata, sudah ada beberapa pertukaran sandera, dengan total lebih dari 100 orang dibebaskan dalam gencatan senjata yang berlangsung sepekan lalu.

Dalam konteks yang lebih luas, perang ini telah menyebabkan lebih dari 47.000 warga Palestina tewas, banyak dari mereka adalah wanita dan anak-anak. Konflik dimulai dengan serangan lintas batas dari Hamas, yang menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar merupakan warga sipil. Kegiatan pengungsian masif juga terjadi, dengan banyak penduduk terpaksa meninggalkan rumah mereka.

Keempat tentara yang dibebaskan diharapakan dapat berkumpul kembali dengan keluarga mereka setelah menjalani perawatan medis dari militer Israel. Juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, mengkonfirmasi bahwa semua sandera yang dibebaskan berada dalam keadaan baik dan sedang dalam perjalanan pulang. “Ini luar biasa,” ucap Radwan Abu Rawiya, salah satu saksi di Gaza. “Orang-orang melupakan perang dan kehancuran, dan merayakannya.”

Keduanya, Israel dan Hamas, kini mempertimbangkan langkah selanjutnya pasca-pembebasan ini. Diskusi mengenai apakah warga Palestina dapat kembali ke rumah mereka pun mulai muncul, namun ini tampaknya-tertunda hingga pembebasan Yehoud. Untuk saat ini, gencatan senjata tampak rapuh, tetapi memberi sedikit harapan bagi penduduk Gaza yang tengah berjuang di tengah situasi yang berbahaya.

Dengan setiap kejadian, situasi ini berpotensi berdampak jauh lebih luas. Banyak pihak kini menunggu perkembangan lebih lanjut terkait pembebasan sandera serta nasib warga sipil yang terjebak dalam konflik yang berkepanjangan ini. Kegembiraan di antara mereka yang merayakan pembebasan juga bertabrakan dengan kepedihan bagi mereka yang masih menunggu kepulangan orang-orang terkasih yang tersisa di tangan Hamas.

Exit mobile version