Record merupakan salah satu elemen penting bergulirnya pergerakan musik bawah tanah, khususnya pada akhir 90-an. Salah satu label/records yang mewarnai sejarah perkembangan musik 'bawah tanah' yaitu Pinball Records. Lewat tangan dingin Ipang, sejumlah band bawah tanah di Jakarta mampu menunjukkan eksistensinya, di antaranya Stepforward, No Label, dan Kuro!.
Keputusan pemerintah membatasi kerumunan untuk mencegah penularan covid-19, berdampak hampir keseluruh sektor. Salah satunya industri kreatif.
Bagi musisi dan pelaku musik tak ada jalan 'putar balik'. Berbagai strategi dipakai untuk tetap bisa berkarya.
Di hari musik nasional 9 Maret lalu, ivanka @greenslank , @thebrndls
@indonesia_ska_connection @aduyz (Majesty), @toiletsounds_official . Selain itu ada juga , Renhat @souljahmusik , @sengaujakartaofficial @steady_beatjakarta dll. Dan, dipandu sama @koms_dirtyrockin
bercerita soal bagaimana perjuangan mereka tak menyerah dan tetap bergelora.
Mau tahu lengkapnya, jangan sungkan bertamu ke podme.id di program ceksound untuk mendengarkan jurus-jurus ajaib dan luar biasa dari para musisi dan pelaku musik tetap bergerak di tengah pandemi.
Sengau salah satu band beraliran postgrunge/alternatif rock yang terbentuk di tahun 2018. Kendati band baru berusia 3 tahun, namun para personelnya diisi personel band lawas. HENDRIK (BLORONG) yogie (deadchromatic), azril (bigbutt), dan ari (bobrock)
Keempatnya sepakat membentuk band dengan nuasa sound 90s. Album perdananya harus tertunda lantaran badai pandemi yang belum kunjung mereda. Namun gerilya kreatifitasnya terus berjalan.
Single berjudul “Bersama Selamanya” yang dilepas 2020, menegaskan bahwa Buckskin Bugle belum habis. Band yang berdiri tahun 1997 ini kini memiliki formasi Tedi (bass/vokal), Zico (gitar/vokal), dan Dimas (drums). Single tersebut becerita soal keadaan buckskin bugle yang masih solid dan ingin tetap eksis.
Unit pop punk veteran ini memiliki sejarah panjang di pergerakan musik bawah tanah. Berawal dengan kecintaan yang sama yaitu memburu fashion di Cibadak Gudang Baju atau Cimol. Racikan musik yang 'memanjakan telinga' mengantarkan nama Buckskin Bugle melambung.
Buckskin Bugle pun berkesempatan menjadi band pembuka tour Not Available (band punk veteran German) dan supergroup punk dari USA, MXPX All Stars. Yaitu Mike Herrera (MXPX) Kris Roe (THE ATARIS) dan Chris Wilson.
Perjalanan 10 hari di Indonesia diabadikan Plauge of Happiness menjadi sebuah lagu berjudul Februari. Lagu sangat kental soal persahabatan antara Indonesia dan Malaysia. Lagu ini menceritakan bagaimana hangatnya persahabatan Indonesia dan Malaysia saat Plafie of Happiness menggelar rangkaian Tour dari Jakarta ke Surabaya. Tak hanya itu, Nas (Vokalis & gitar) bahkan menyebut banyak band ska Indonesia yang menginspirasi. Salah satunya noin bullet (Band Ska asal Bandung).
Plague of Happiness menjadi band pertama dalam tour cek sound di luar Indonesia. Plague of Happiness berdiri pada tahun 1999. Band yang mengusung aliran musik ska ini mempunyai sebuah album yang dirilis tahun 2007 bertajuk kawan. Selain itu Plague of Happiness juga telah mempunyai beberapa album kompilasi di beberapa negara seperti Norway, Bulgaria, dan Malaysia.
Plague of Happiness terdiri dari Nas (penyanyi dan gitar), Ipin (bass dan penyanyi latar), Atoi (trumpet), Azmal (saksofon tenor), Nausad (trombone), Arab (gitar), Pozy (dram), Kateq (trombone) dan Anip (trumpet).
Di era 2000-an awal, Majesty bisa dianggap lumayan berpengaruh untuk perkembangan musik emo. Memperkenalkan karakter vokal tanpa marah-marah dan dibungkus sentuhan musik easy-listening manjadi magnet tersendiri untuk pendengar musik bawah tanah. Bahkan, sebagian pendengar menyebut Majesty sebagai Dashboard Confessional-nya Indonesia.
Namun, Majesty memutuskan berpisah sementara di tahun 2005. Jejak yang tersisa hanya lah 'Internal collaboration armour' dan 'hilang'.
Di tahun 2020, Majesty tiba-tiba 'hidup kembali' dengan menelurkan Extended Play (EP) perdana mereka yang bertitel “DELUSI” dengan Official Music Video. Tapi kali ini, Majesty mencoba menghadirkan cita rasa berbeda, dengan sedikit menggeser pengaruh Dashboard Confessional.
Tahun 2006 bisa dikatakan sebagai masa emas untuk Mynameis. Peluncuran album 'Untukmu' membuat Mynameis benar-benar berada di puncak. Lebih kurang 10 ribu copy kaset ludes dijual. Bahkan album kedua Mynameis ini berlabuh di luar negeri.
Syair yang 'membumi' dan aransemen yang sederhana membuat album ini sangat dengan dengan masyarakat. Sampai-sampai lagu di album tersebut dibawakan oleh pengamen jalanan.
Layaknya sebuah band, Mynameis pun mengalami berbagai masalah. Salah satunya keluarnya dua personel, yaitu Nurhadi, sebagai vokalis dan Fanny Budiman di posisi gitaris. Hal ini pun menjadi pekerjaan rumah Mynameis hingga saat ini.
Untuk episode kali ini, Cek Sound kembali ke Kota Hujan, untuk berbicang santai dengan Yagee (Gitar/Vokal) Topi Jerami. Band yang terbentuk di tahun 2006 ini tak hanya memiliki segudang karya, namun juga aktif di pergerakan musik bawah tanah. Salah satunya Rock In Rain dan ikut menggerakkan kompilasi Kolabogorasi. Bahkan pandemi bukan halangan buat band veteran pop punk untuk melahirkan karya-karya baru.
Record merupakan salah satu elemen penting bergulirnya pergerakan musik bawah tanah, khususnya pada akhir 90-an. Salah satu label/records yang mewarnai sejarah perkembangan musik 'bawah tanah' yaitu Pinball Records. Lewat tangan dingin Ipang, sejumlah band bawah tanah di Jakarta mampu menunjukkan eksistensinya, di antaranya Stepforward, No Label, dan Kuro!.
Sunrise merupakan band beraliran emo atau post hardcore yang dibentuk pada Januari 2012. Band ini telah banyak mengalami perubahan line up, yang hingga saat ini menyisakan dua personil, yaitu Chandra Erin (vokal) dan Bounty Ramdhan (drum). Namun Sunrise tak surut dan tetap berkarya. Buktinya, Sunrise mampu merilis single barunya yang berjudul ‘Save Her’. Kisah Sunrise ini diceritakan Chandra dan Bounty dalam podcast Ceks Sound - Virtual Gigs kali ini, tentu diselingi beberapa hits dari Sunrise yang dimainkan secara live.
Sebelum The Transition band ini bernama Mr.Happy, berdiri pada 2008 dengan mengusung aliran melodic. Setelah bergerilya di bawah tanah selama 7 tahun, akhirnya berganti nama menjadi The Transition. Archi, Hans dan Mochu mengajak Ipang untuk gabung dan lahirlah album pertama Don’t Let Spirit Fade Away. Catatan panjang The Transition ini tak hanya diceritakan, tapi beberapa hitsnya pun dimainkan dalam Cek Sound Podcast & Virtual Gigs kali ini.