Saat pandemi melanda dunia, Italia adalah salah satu negara yang pertama mererapkan lockdown. Diawali keinginan menulis jurnal tentang apa yang terjadi, Rieska memposting cerita lockdown Italia di media sosialnya, Tak disangka postingan tersebut mendapat respon tidak hanya dari teman tapi bahkan informasinya dikutip beberapa media. Rieska akhirnya beberapa kali diundang menjadi nara sumber maupun melakukan reportase, karena memang ia memiliki latar belakang jurnalistik. Animo yang besar terhadap postingan Rieska dan kembali aktif di dunia jurnalistik akhirnya membuat Rieska membuat blog bersama beberapa rekan. Di http://ri3ska.com/ ia membagikan tidak hanya berita tapi juga cerita, seperti kisah seorang Ibu yang selama pandemi menemukan hobi baru, yang di luar dugaan justru mempunyai pembaca yang tinggi. Bukti bahwa pandemi tidak hanya memisahkan, tapi bisa membuat orang terhubung, tidak hanya membatasi, tapi justru membuka peluang baru.
Myrna Soeryo adalah satu dari sedikit orang yang terus melangkah di kegelapan hingga sampai di ujung lorong gelap dan menata hidupnya kembali. Tidak hanya itu, ia bahkan memberanikan diri mengunjungi lagi lorong tersebut dan menuliskan babak-babak gelap dalam hidupnya itu dalam buku The Dark Alley. Myrna ingin agar siapapun yang saat ini sedang berada di lorong gelap, merasa terpuruk, sendiri, tidak dicintai, tidak berharga, bisa melihat bahwa kalau kamu terus berjalan, sepelan apapun, suatu saat kamu akan sampai di ujung lorong dan menemukan cahaya untuk membangun hidup yang baru. Tidak mudah, tapi bisa dilakukan. Kita dengar kisahnya yuk, di sini Myrna dan saya juga membacakan puisi dari buku The Dark Alley.
Erita adalah sepupu jauh saya, yang akhirnya menjadi dekat karena kami berdua “ditipu” orang yang sama melalui online dating. Ceritanya bagaimana, dengarkan saja di episode ini. Yang pasti perjalanan Erita ke Belgia demi melacak keberadaan orang tersebut membawanya berkenalan dengan pria yang akhirnya menjadi suaminya. Pada akhirnya bisa dibilang orang ini berjasa mempertemukan Erita dan suami. Ceritanya panjang, berliku, melibatkan sepupu, sahabat, pacar sahabat, sampai teman pacar sahabat, yang akhirnya menjadi suami Erita. Ih penasaran kan, dengerin deh, pasti gemes dan senyum sendiri.
Saat pandemi melanda dunia, Italia adalah salah satu negara yang pertama mererapkan lockdown. Diawali keinginan menulis jurnal tentang apa yang terjadi, Rieska memposting cerita lockdown Italia di media sosialnya, Tak disangka postingan tersebut mendapat respon tidak hanya dari teman tapi bahkan informasinya dikutip beberapa media. Rieska akhirnya beberapa kali diundang menjadi nara sumber maupun melakukan reportase, karena memang ia memiliki latar belakang jurnalistik. Animo yang besar terhadap postingan Rieska dan kembali aktif di dunia jurnalistik akhirnya membuat Rieska membuat blog bersama beberapa rekan. Di http://ri3ska.com/ ia membagikan tidak hanya berita tapi juga cerita, seperti kisah seorang Ibu yang selama pandemi menemukan hobi baru, yang di luar dugaan justru mempunyai pembaca yang tinggi. Bukti bahwa pandemi tidak hanya memisahkan, tapi bisa membuat orang terhubung, tidak hanya membatasi, tapi justru membuka peluang baru.
Memilih menjadi Ibu Rumah Tangga setelah 20 tahun berkelana di dunia korporasi , apalagi posisi sudah tinggi saat mengambil keputusan mungkin bisa terbilang gila. Tapi Monique mengambil keputusan ini dengan penuh kesadaran untuk melihat lagi hal-hal yang mungkin terlupakan saat ia bekerja. Pengalaman kembali ke rumah, banyak membawa “aha moment” buatnya. Ternyata semua ilmu, keahlian dan pengalaman yang ia dapatkan dan terapkan di kantor, berlaku juga di rumah. Semuanya adalah tentang majamenen, komunikasi, leadership, malah mungkin lebih rumit karena keluarga, tentu saja, bukan staf, atasa, bawahan. Kembali ke rumah membawa Monique menjelajah rasa yang dulu terlupakan, yang kini ia temukan kembali dan membaginya dalam “Cerita Rasa Monique”. Apa saja rasa yang ingin Monique bagi, simak perbincangannya di sini.
Mempunyai anak berkebutuhan khusus adalah perjalanan istimewa bagi Kak Made dan istri. Istimewa karena mengajarkan banyak hal, yang kemudian menumbuhkan kesadaran yang mungkin tidak dimiliki orang tua dengan anak tipikal, begitu sebutan lain anak normal. Menariknya kesadaran ini ternyata relevan juga bagi, saya misalnya, orang tua dengan anak tipikal. Karena pada dasarnya siklus denial, sedih/marah, bargain, depresi, menerima juga dialami orang tua pada umumnya. Dan menjadi orang tua reliable bagi anak berkebutuhan khusus versi Kak Made sebenarnya adalah jalan ninja bagi semua orang tua, atau malah manusia pada umumnya. Simak perbincangan ini dan tanyakan “Apakah saya sudah menjadi manusia yang reliable?”
Berkawan dengan Sary Latief, setiap perjumpaan saya seperti belajar sesuatu yang baru. Bagaimana ia menerima dan menjalani apa yang ada di depan mata, dan pada saat yang sama percaya bahwa “Aku tau hidupku gak selamanya kayak gini, aku akan mencari my own truth, my happiness. Banyak lho orang yang hidup, tapi nggak alive. Tanya ke diri kamu, apa yang bikin kamu alive.” Yuk dengar kisahnya dalam podcast Love Your Life kali ini, dan cari tau apa yang bikin kamu alive.
Banyak yang stres gara-gara pandemi, terutama karena ketidakpastian kapan ini akan berakhir. Satu hal yang tetap membuat saya waras adalah orang-orang terdekat saya yang dengan caranya sendiri membuat saya bisa tertawa dan tidak merasa sendirian. Budiana dan Ainun kawan tertawa saya. Bertemu dalam proyek penulisan buku di tahun 1012, sudah hampir 10 tahun kami berbagi suka dan duka dalam hidup. Ikuti obrolan kami tentang apa yang kami lakukan untuk tetap waras, apa yang bisa dilakukan dan apa yang sebaiknya dilepaskan.
PenTaS (Perempuan Tanpa Stigma) adalah support group berbasis komunitas yang digagas Poppy Dihardjo. Di episode ini Poppy bersama dua fasilitator lainnya, Mia dan Nina ngobrol soal apa PenTaS dan apa yang diupayakan. Yang pasti ketiga perempuan ini percaya berdaya dimulai sejak dalam pikiran. Selama ini yang banyak didengungkan adalah HARUS berdaya, sehingga kesannya dipaksa. Padahal BERDAYA itu adalah sebuah PILIHAN, sehingga langkah pertama yang perlu dilakukan adalah MEMAHAMINYA. Paham kalau berdaya itu pilihan, dan kita sebagai perempuan dan individu yang merdeka (terlepas statusnya) punya kendali untuk memilih jadi perempuan berdaya.
“In the long run, we shape our lives, and we shape ourselves. The process never ends until we die. And the choices we make are ultimately our own responsibility.” - Eleanor Roosevelt
KaPop, begitu Poppy Dihardjo biasa dipanggil, adalah founder support group berbasis komunitas PenTaS (Perempuan Tanpa Stigma). Baginya pengalaman hidupnya yang buat sebagian orang dianggap berat dan melelahkan, justru adalah pelajaran paling berharga untuk terus bertumbuh dan bergerak maju.
Memahami definisi diri dan memahami bahwa tak ada sesiapapun yang berhak memegang kendali atas hidupmu kecuali dirimu sendiri menjadi satu hal yang sering dibagikan KaPop baik lewat komunitas PenTaS maupun akun Instagramnya. Yuk pahami apa maksud definisi diri dan menjadi pemeran utama dalam hidupmu dengan menyimak obrolan saya dengan KaPop.
Walau usianya belum 30, Nina atau biasa dipanggil “Mbu” atau ibu adalah ibu tidak hanya buat anaknya, tapi juga kawan-kawan di komunitas. Kepada Mbu, orang-orang yang datang kepadanya biasanya akan diajak mengenal perasaan atau emosi. “Kenali, apa perasaaan yang hadir? Lalu apa yang membuat perasaan itu hadir?”
Ah tentu saja dengan segala pengalamannya menjadi pelukis dan pengamen di Taman Suropati, menjadi ibu tunggal di usia muda, menjadi driver ojol hingga menjadi content creator, Mbu sudah mengalami perjalanan bersama perasaan yang hadir di dalamnya. Bagaimana mengenali dan mengurainya, yuk dengarkan obrolan saya dengannya!