Raffi yang bosan di rumah terus ingin keluar untuk melakukan ritual kesukaannya dalam bulan Ramadan. Mencari takjil di pasar. Tapi dalam keadaan pandemi, ibu enggan membawa Raffi berdesak- desakan di pasar. Untunglah dengan didukung Rama dan lainnya, ibu punya ide brilian!
Rama mencoba mendapatkan waktu private berduaan dengan Sisil, tapi dalam situasi begini, bahkan lewat Zoom pun, ia akan mengalami banyak pengalih perhatian, yang mengganggu moment mesranya. Ramaaaaa bantu ini duluuuu!
Widya diingatkan teman sekolahnya mengenai kebutuhan yang akan datang, sementara Raffi ketiduran setelah kelas online. Saat keduanya menjelajah rumah yang sepi, mereka menemukan Ayah dan Ibu… kerasukan? Hiiiiii..!
Waktu terasa lambat Ketika kita menanti datangnya sesuatu hal. Hari ini, waktu terasa sangat lambat untuk seluruh anggota keluarga, karena semua memiliki hal masing- masing yang dinantinya. Semua akan belajar dari berpuasa, bahwa penantian justri bikin segalanya lebih nikmat!
Setelah selesai tarawih, seluruh anggota keluarga dikumpulkan oleh Rama. Bersama Sisil, ia menceritakan ide mengenai langkah yang bisa dilakukan sekeluarga untuk menangani tantangan ini. Apa ide itu? Dan bagaimana ayah, ibu, dan seluruh keluarga menyikapinya?
Rama yang terdorong untuk membantu ayah menghubungi orang terdekat dan terpercayanya, Sisil. Sambil diskusi santai dan disela- sela gombalan dan candaan klasik, Rama dan Sisil menemukan ide terbaik untuk membantu ayah dan keluarga.
Raffi yang bosan di rumah terus ingin keluar untuk melakukan ritual kesukaannya dalam bulan Ramadan. Mencari takjil di pasar. Tapi dalam keadaan pandemi, ibu enggan membawa Raffi berdesak- desakan di pasar. Untunglah dengan didukung Rama dan lainnya, ibu punya ide brilian!
Ayah masih belum menemukan ide bisnisnya. Rama sekeluarga duduk santai di dapur untuk ikut menyumbang ide. Rama mengusulkan bisnis makanan, dan Widya dengan ide TikTok-nya. Tapi ayah yang keras kepala perlu diingatkan hal terpenting dalam sebuah 'bisnis keluarga'.
Tanpa solusi terlihat di depan mata, ayah Rama mulai putus asa. Ibu menyarankan untuk menghubungi senjata pamungkas, Kakek. Ketika adik- adiknya ngerecokin diskusi antara ayah dan kakek, Rama menyadari sesuatu yang membuatnya berpikir keras.
Akibat perubahan kebiasaan mendadak, Rama dan keluarganya mengalami hari kedua puasa di luar dugaan. Kebiasaan lama ayah membuat situasi menjadi lucu, diiringi Raffi yang kelaparan dan mencoba bertahan.
Ayah Rama, Syarif, kehilangan pekerjaannya di hari pertama puasa. Hanya keamanan finansial yang jadi perhatian dan kekhawatirannya. Namun dia diingatkan dengan hal yang lebih penting oleh keluarganya, dan oleh orang yang paling tidak disangka- sangka.