Survei terbaru mengungkapkan bahwa mayoritas warga Amerika Serikat menolak rencana Presiden Donald Trump untuk menguasai Gaza, dengan mengusulkan transformasi wilayah tersebut menjadi "Riviera Timur Tengah". Lembaga pemikir progresif dan perusahaan jajak pendapat Data for Progress melaporkan bahwa 64% responden dari survei yang melibatkan 1.200 orang tersebut menyatakan penolakan terhadap gagasan kontroversial ini.
Di antara hasil survei, sekitar 47% responden menyatakan sangat menentang rencana tersebut, sementara 17% lainnya mengaku agak menentang. Penolakan terhadap usulan Trump ini kuat terlihat di kalangan pemilih Demokrat, dengan 85% responden dari partai tersebut menolak ide tersebut. Di pihak lain, 43% pemilih dari Partai Republik juga mengekspresikan sikap penolakan, meskipun 46% dari mereka mendukung ide tersebut.
Rencana Trump mengusulkan pemindahan paksa sekitar 1,8 juta warga Palestina yang saat ini tinggal di Gaza ke negara-negara tetangga. Data for Progress menyatakan bahwa usulan ini tidak hanya ditolak oleh warga Palestina, tetapi juga oleh negara-negara Arab dan Muslim yang lebih luas. Dalam konteks ini, mayoritas pemilih di AS menolak ide mengambil alih kendali atas Gaza dan menggusur penduduknya.
Situasi di Gaza sendiri sudah menjadi sorotan global, terutama setelah serangan Israel yang berkepanjangan telah menewaskan lebih dari 48.200 orang dalam 15 bulan terakhir. Serangan tersebut juga telah memicu krisis kemanusiaan yang parah. Saat ini, hampir 2 juta dari 2,3 juta penduduk Gaza terpaksa mengungsi akibat perang yang dimulai setelah serangan oleh kelompok Hamas pada 7 Oktober 2023. Mereka kini menghadapi kekurangan pangan, air, dan obat-obatan di tengah blokade yang dijalankan oleh Israel, yang secara efektif menjadikan Gaza sebagai penjara terbuka terbesar di dunia.
Selama perjanjian gencatan senjata yang rapuh ini, Trump tampaknya mendorong agenda yang berfallout dengan keputusan mayoritas warga Amerika. Hal ini menunjukkan betapa kompleksnya situasi di Timur Tengah dan betapa rumitnya respon masyarakat terhadap kebijakan luar negeri AS, terutama ketika menyangkut masalah Palestina.
Masyarakat dan pakar hubungan internasional juga mengungkapkan keprihatinan mengenai dampak dari rencana ini. Beberapa poin penting menjadi sorotan, antara lain:
-
Penolakan Terhadap Pemindahan Paksa: Mayoritas responden menolak ide pemindahan paksa warga Palestina, menilai bahwa solusi yang lebih damai dan adil harus dicari.
-
Reaksi Internasional: Rencana pemindahan paksa ini telah mendapatkan kecaman dari berbagai negara dan organisasi internasional, yang menekankan pada perlunya menghormati hak asasi manusia.
-
Dampak Kemanusiaan: Dengan krisis yang sudah berlangsung di Gaza, setiap upaya penggusuran dapat memperburuk situasi dan menyebabkan lebih banyak penderitaan bagi penduduk sipil.
- Kepedulian Warga AS: Keterlibatan warga Amerika dalam isu ini menunjukkan bahwa publik semakin peduli terhadap isu-isu internasional, khususnya yang berkaitan dengan keadilan dan hak asasi manusia.
Tindakan Trump untuk mengusulkan penguasaan Gaza nampaknya akan mendapatkan tentangan yang semakin kuat, baik dari dalam negeri maupun dari komunitas internasional. Rencana ini tidak hanya berpotensi memperburuk konflik yang sudah ada, tetapi juga dapat memperlebar jurang ketidakpercayaan antara AS dengan negara-negara di kawasan tersebut. Dengan konteks ini, survei yang menunjukkan penolakan mayoritas warga Amerika menjadi gambaran jelas bahwa perubahan kebijakan luar negeri mungkin diperlukan untuk mendukung perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah.