Rezim Israel akhirnya mengizinkan masuknya 801 truk bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza setelah adanya tekanan dari Hamas. Keputusan tersebut diambil menyusul peringatan yang disampaikan oleh Hamas bahwa pembebasan tiga tahanan Israel bisa terancam jika pelanggaran terhadap kesepakatan gencatan senjata terus berlanjut.
Menurut laporan kantor berita Sama Palestina, langkah ini diambil pada Rabu malam dan merupakan respons langsung terhadap kondisi di lapangan yang semakin mendesak. Abu Obeida, juru bicara Brigade al-Qassam Hamas, menyatakan bahwa militer Israel tidak hanya menghalangi pasokan bantuan, tetapi juga melakukan penembakan yang menargetkan pengungsi yang ingin kembali ke Jalur Gaza utara.
Pengiriman 801 truk bantuan ini muncul setelah latar belakang konflik yang berkepanjangan. Sejak perang dimulai pada Oktober 2023, jumlah korban jiwa di Gaza mencapai hampir 47.200 orang, banyak di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Meskipun gencatan senjata dilaksanakan pada 19 Januari lalu, pertempuran terus berlanjut. Hingga saat ini, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa 118 warga Palestina tewas dan 822 terluka dalam serangan Israel meskipun ada kesepakatan gencatan senjata.
Kesepakatan antara Hamas dan Israel awalnya menetapkan pengiriman 600 truk bantuan ke Gaza setiap harinya, dengan rincian 300 truk untuk wilayah utara. Namun, pelaksanaannya kerap terhambat oleh sejumlah faktor, termasuk tindakan militer Israel yang menghalangi pasokan serta keterlambatan dalam pengiriman. Kondisi ini menyebabkan kekurangan pasokan yang semakin memperparah situasi humaniter di Gaza.
Persiapan untuk memulangkan pengungsi Palestina dari wilayah selatan dan tengah ke Gaza City dan wilayah utara mulai dilakukan. Menurut kantor media pemerintah Gaza, rencana ini akan dilaksanakan mulai minggu depan untuk memberikan kesempatan bagi para pengungsi yang telah terasing.
Meskipun terdapat harapan dari kesepakatan gencatan senjata, realitas di lapangan menunjukkan tantangan besar yang harus dihadapi. Sebuah perjanjian yang terdiri dari tiga fase dirancang untuk menciptakan stabilitas yang lebih baik dan mencapai gencatan senjata permanen. Namun, ketidakpastian dan ketegangan terus menghantui situasi di Jalur Gaza ini.
Data terbaru menunjukkan bahwa serangan Israel telah mengakibatkan lebih dari 111.160 orang terluka sejak awal konflik. Ketidakpuasan masyarakat internasional terhadap tindakan Israel terus meningkat, termasuk kecaman dari berbagai negara terhadap perlakuan terhadap para pengungsi dan dampak kemanusiaan yang ditimbulkan oleh perang ini.
Selanjutnya, situasi di Gaza menjadi sorotan dunia, dengan banyak pihak menyerukan agar akses bantuan kemanusiaan diperluas dan dihormati oleh semua pihak yang terlibat. Intinya, kebutuhan mendesak bagi masyarakat Gaza akan bantuan yang memadai terus berlanjut, dan setiap perkembangan dalam proses negosiasi serta pengiriman bantuan menjadi sangat penting untuk dimonitor.
Dengan langkah masuknya 801 truk bantuan ini, harapan akan perbaikan situasi kemanusiaan di Gaza tetap ada meskipun tantangan dan hambatan masih banyak menghadang.