Menanti Peluncuran Satelit Biomassa ESA: Inovasi untuk Bumi

Satelit Biomassa milik Badan Antariksa Eropa (European Space Agency/ESA) telah tiba di Pelabuhan Pariacabo, Kourou, Guyana Prancis, pada awal pekan ini. Kehadiran satelit ini menandai langkah penting dalam peluncurannya yang dijadwalkan pada bulan April 2025. Setelah melakukan perjalanan dua pekan melintasi Samudera Atlantik, satelit yang beratnya mencapai 1,25 ton kini berada di ruang aman yang bersih di Pelabuhan Antariksa Eropa, tempat tim teknis akan melakukan pemeriksaan menyeluruh untuk memastikan kondisi satelit sebelum peluncuran.

Dalam waktu dekat, tim ESA akan mempersiapkan satelit pengamatan Bumi yang dirancang khusus ini untuk diluncurkan dengan roket Vega-C. Satelit Biomassa ini bertujuan untuk menyediakan informasi baru mengenai keadaan hutan di seluruh dunia, terutama terkait bagaimana hutan berubah seiring waktu dan kontribusinya terhadap siklus karbon global.

Satelit ini adalah yang pertama yang menggunakan teknologi radar aperture sintetis P-band polarimetrik penuh untuk pencitraan interferometrik. Panjang gelombang P-band yang mencapai sekitar 70 cm memungkinkan sinyal radar untuk menembus seluruh lapisan hutan, mengukur biomassa yang meliputi batang, cabang, dan tangkai kayu. Ini adalah elemen kunci karena sebagian besar karbon yang tersimpan di hutan berada di bagian tersebut.

Peluncuran satelit Biomassa merupakan bagian dari misi jangka panjang ESA untuk memahami lebih lanjut tentang stok dan fluks karbon di hutan. Sebanyak 50 perusahaan dari 20 negara, termasuk perusahaan asal Amerika Serikat, L3 Harris, yang mendesain antena kawat kasa besar, terlibat dalam pengembangan satelit ini di bawah kontraktor utama ESA, Airbus yang berbasis di Stevenenge, Inggris.

Berikut adalah beberapa poin penting mengenai satelit Biomassa:

Stefan Kiryenko, Manajer Kampanye Peluncuran Biomassa di ESA, mengatakan bahwa setelah pemeriksaan awal di Pelabuhan Antariksa Eropa, mereka akan memulai program pengemasan untuk peluncuran. Dalam keterangan resminya, Kiryenko menyampaikan harapan agar peluncuran ini tidak hanya dapat menjawab berbagai pertanyaan ilmiah tetapi juga berkontribusi pada pemahaman tentang tantangan lingkungan yang dihadapi Bumi saat ini.

Simonetta Cheli, Direktur Program Pengamatan Bumi di ESA, menambahkan bahwa satelit Biomassa merupakan contoh nyata dari bagaimana teknologi mutakhir dapat membawa pemahaman baru terhadap sistem planet ini. Dengan kemajuan dalam penginderaan jarak jauh, Biomassa diharapkan dapat menyediakan wawasan inovatif dalam menghadapi isu-isu lingkungan yang mendesak, termasuk perubahan penggunaan lahan, deforestasi, dan reforestasi.

Dengan demikian, peluncuran satelit Biomassa menjadi salah satu langkah signifikan dalam memanfaatkan teknologi luar angkasa untuk mengatasi tantangan global terkait dengan lingkungan dan perubahan iklim. Misi ini diharapkan tidak hanya memperkuat pemahaman kita tentang hutan dan karbon, tetapi juga mengilhamkan inovasi lebih lanjut dalam bidang pengamatan dan penelitian Bumi.

Exit mobile version