Miris! Pekerja Anak Melonjak, Gejolak Ekonomi Jadi Penyebabnya

Gejolak ekonomi global yang terjadi saat ini memberikan dampak yang sangat luas, tidak hanya pada sektor keuangan dan bisnis, tetapi juga pada masalah sosial yang kian meruncing, salah satunya adalah jumlah pekerja anak yang masih tergolong tinggi. Dalam keadaan krisis ekonomi, banyak keluarga terpaksa melibatkan anak-anak mereka dalam dunia kerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Situasi ini sangat memprihatinkan, karena jika terus dibiarkan, bisa menghambat perkembangan sumber daya manusia (SDM) nasional dan memperburuk kesenjangan sosial di masyarakat.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa kondisi ini tidak boleh dianggap sepele. Jumlah pekerja anak di Indonesia mencatat angka yang mengkhawatirkan, mencerminkan permasalahan yang telah berlarut-larut. Pada tahun 2019, jumlah pekerja anak tercatat sekitar 0,92 juta. Namun, angka tersebut melonjak menjadi 1,33 juta pada tahun 2020 dan meskipun sempat turun menjadi 1,01 juta hingga tahun 2023, masalah ini masih jauh dari solusi yang tuntas.

Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mengingatkan bahwa situasi ekonomi yang tidak menentu perlu diawasi dengan serius, karena berpotensi mendorong peningkatan jumlah pekerja anak lebih lanjut. Menurutnya, “Gejolak perekonomian dunia yang berdampak pada perekonomian dalam negeri dan berpotensi mempengaruhi proses pembangunan di sektor lain harus segera diantisipasi.”

Dampak dari peningkatan jumlah pekerja anak ini sangat luas. Pertama, melibatkan anak dalam dunia kerja mengganggu hak mereka untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Kedua, secara jangka panjang, hal ini akan berimbas pada kualitas SDM nasional yang sangat diperlukan untuk kemajuan bangsa. Lestari Moerdijat menyatakan, “Dampak gejolak di sektor ekonomi berpotensi menerpa kehidupan keseharian masyarakat, terutama kelompok masyarakat marginal yang di dalamnya juga ada anak-anak yang rentan terdampak.”

Untuk mengatasi gejolak ekonomi yang berdampak pada peningkatan jumlah pekerja anak, sejumlah langkah antisipasi perlu dilakukan. Berikut ini adalah beberapa strategi yang diajukan oleh Lestari:

1. Peningkatan dan kemudahan akses pendidikan bagi anak-anak.
2. Dukungan ekonomi bagi keluarga yang mengalami kesulitan.
3. Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan hak-hak anak.
4. Penegakan hukum yang ketat terhadap pihak-pihak yang mempekerjakan anak.

Lestari juga mengharapkan adanya kolaborasi yang kuat dari berbagai pemangku kepentingan, baik di tingkat pusat maupun daerah, serta dukungan dari masyarakat untuk mengantisipasi dampak yang mungkin terjadi. Dengan upaya bersama, diharapkan hak-hak anak untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik dapat terwujud.

Dengan semakin meningkatnya angka pekerja anak di tengah gejolak ekonomi, perhatian dari semua pihak menjadi sangat penting. Pemerintah, masyarakat, dan lembaga swasta harus bahu-membahu untuk melakukan upaya yang terstruktur dan sistematis agar generasi penerus bangsa tidak terjebak dalam lingkaran kemiskinan dan dapat bersaing di masa depan. Melalui berbagai strategi dan kerjasama yang efektif, diharapkan kita dapat menyelamatkan anak-anak dari jeratan pekerjaan yang tidak layak dan memberikan mereka kesempatan untuk meraih cita-cita mereka secara optimal.

Exit mobile version