Saham IHSG Disorot JP Morgan, Danantara Beri Sentimen Positif?

JP Morgan Indonesia baru-baru ini menyoroti pentingnya tingkat likuiditas di pasar saham Indonesia, yang dinilai masih perlu ditingkatkan. Hal ini disampaikan oleh Henry Wibowo, Executive Director JP Morgan Indonesia, dalam sebuah acara diskusi. Dia menegaskan bahwa likuiditas yang tinggi dapat menarik lebih banyak aliran dana asing, sehingga berpotensi meningkatkan posisi pasar modal Indonesia dalam indeks global.

Henry mengapresiasi berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk meningkatkan likuiditas pasar. Namun, ia mencatat bahwa masih banyak ruang untuk perbaikan. Di antara sekitar 900 saham yang tercatat di BEI, hanya puluhan saham yang aktif diperdagangkan, menunjukkan bahwa likuiditas pasar masih terkonsentrasi pada beberapa saham tertentu.

Dalam konteks ini, sektor pasar modal Indonesia sedang menghadapi tantangan yang beragam. Salah satunya adalah munculnya isu mengenai peluncuran Sovereign Wealth Fund (SWF) BP Danantara yang turut memengaruhi sentimen di pasar. Danantara, yang diharapkan dapat mengelola laba dari sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) strategis, seperti PT Pertamina, PT PLN, dan PT Telkom Indonesia, menjadi sorotan seiring dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Sejumlah pihak mengaitkan pelemahan IHSG dengan rencana Danantara. Namun, Rosan Roeslani, Kepala Badan Pelaksana (CEO) BP Danantara, membantah bahwa penurunan tersebut disebabkan oleh isu SWF. Menurutnya, pelemahan pasar saham tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga sedang dialami oleh negara-negara emerging market di kawasan ASEAN. Ia menjelaskan, “Memang IHSG kita mengalami penurunan, tetapi ini bukan hanya terjadi di Indonesia. Di emerging market, termasuk negara-negara ASEAN, semuanya sedang mengalami tren serupa.”

Rosan Roeslani juga menilai bahwa fundamental perekonomian Indonesia, termasuk kinerja perusahaan-perusahaan dan perbankan, tetap kuat. Dia yakin bahwa sentimen negatif yang sedang terjadi tidak akan bertahan lama. “Fundamental perusahaan-perusahaan kita, terutama perbankan, sangat baik dan kuat. Dengan fundamental yang kuat seperti ini, kami yakin pasar akan kembali stabil,” tambahnya.

Menyusul situasi ini, Presiden Prabowo Subianto juga berbicara tentang isu ini saat menerima delegasi Danantara di Istana. Hal tersebut mencerminkan perhatian pemerintah terhadap perkembangan pasar modal dan upaya menjaga stabilitas ekonomi nasional.

Ketidakstabilan IHSG dalam beberapa waktu terakhir juga menarik perhatian analis pasar. Mereka mencatat, ada beberapa faktor yang memengaruhi pergerakan pasar modal, di antaranya:

  1. Tingkat Likuiditas: Pentingnya likuiditas sebagai faktor penarik bagi investor asing.
  2. Sentimen Global: Penurunan yang terjadi juga berkorelasi dengan tren negatif yang terjadi di negara-negara pasar berkembang.
  3. Fundamental Perusahaan: Keyakinan akan kekuatan fundamental perusahaan di Indonesia sebagai penopang kreasi nilai di pasar saham.

Kondisi ini menunjukkan bahwa meski ada tantangan yang harus dihadapi, pihak-pihak yang bergerak di pasar modal tetap berusaha untuk menjaga kepercayaan investor. Selain itu, peran aktif dari BEI, OJK, serta pemerintah sangat diperlukan untuk mengoptimalkan potensi pasar modal Indonesia, terutama dalam menarik investasi asing yang lebih besar.

Dalam konteks investasi, para pelaku pasar juga disarankan untuk tetap memperhatikan perkembangan terbaru mengenai sektor-sektor kunci yang berpotensi menghadirkan peluang. Dengan sinergi antara pemerintah, pelaku pasar, dan pemangku kepentingan lainnya, diharapkan pasar modal Indonesia dapat beradaptasi dengan dinamika global dan memperkuat posisinya di kancah internasional.

Exit mobile version