Sandera Israel Soroti Hamas, Caci Makih Netanyahu di Depan Publik!

Gaza menjadi saksi hening yang tak berkesudahan antara dua kekuatan, Israel dan Hamas. Pada Sabtu, 8 Februari 2025, dunia dikejutkan dengan pembebasan tiga sandera Israel dalam pertukaran tahanan yang digelar oleh Hamas. Sandera-sandera tersebut, Ohad Ben Ami, Eliyahu Sharabi, dan Or Levy, menemui kebebasan dalam sebuah seremoni yang berlangsung di Deir El Balah, Gaza Tengah, di mana mereka diserahkan kepada Komite Palang Merah Internasional (ICRC). Namun, yang lebih mengejutkan adalah isi pesan mereka yang langsung menyasar Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang dituduh telah gagal dalam upaya pembebasan.

Ben Ami, yang berusia 56 tahun, mengungkapkan rasa syukurnya kepada Hamas atas perlakuan yang diterimanya selama masa penyanderaan. “Saya dibebaskan melalui kesepakatan, bukan melalui tekanan militer. Saya ingin mengingatkan kepada pemerintah Israel untuk segera mengupayakan gencatan senjata lebih lanjut demi keselamatan semua sandera,” ujarnya. Dalam pidatonya, ia menyerukan kepada keluarga sandera lain untuk berdemonstrasi, meminta pemerintah Israel untuk tidak hanya berfokus pada aksi militer, tetapi juga pada diplomasi yang lebih manusiawi.

Sandera lainnya, Eliyahu Sharabi, 54 tahun, juga mengekspresikan kemarahannya kepada pemerintahan Netanyahu. “Ini adalah pemerintah yang gagal melindungi warganya,” tegasnya. Dia kehilangan saudaranya, Yossi, akibat serangan udara Israel di Gaza. Sharabi pun mendukung insisiatif gencatan senjata untuk menghentikan konflik yang telah menelan banyak korban.

Sementara itu, Or Levy, 34 tahun, yang menjadi sandera termuda dari tiga orang tersebut, menunjukkan rasa terima kasih yang mendalam kepada Brigade Izzuddin Al Qassam, sayap militer Hamas. “Saya berterima kasih kepada mereka karena telah merawat saya saat terluka. Mereka memberi saya makanan, air, dan obat-obatan. Mereka merawat saya, dan saya masih hidup berkat mereka,” kata Levy. Di balik pernyataan tersebut, Levy juga menekankan bahwa pendekatan militer Israel tidak menjamin keselamatan mereka, melainkan negosiasi dengan Hamas yang menjadi jalan keluar terbaik.

Ketiga sandera ini secara konsisten menyampaikan pesan yang kuat bahwa pendekatan militer tidak efektif dalam situasi yang dihadapi. Mereka mendorong untuk melanjutkan proses negosiasi yang dapat membantu mengamankan kehidupan banyak orang. “Anda gagal pada 7 Oktober dan saat ini saya dibebaskan melalui kesepakatan,” ufuk Ben Ami menambahkan, merujuk pada insiden penyanderaan yang terjadi sebelumnya.

Melihat konteks yang lebih luas, sejak gencatan senjata tahap pertama dimulai pada 19 Januari, Hamas telah berhasil membebaskan 16 sandera Israel dan lima pekerja Thailand. Hal ini menunjukkan bahwa pertukaran tahanan bisa menjadi landasan untuk membangun kembali dialog, bukan hanya saling menyerang.

Masyarakat Israel kini dihadapkan pada dilema besar: bagaimana mereka bisa merespons seruan sandera mereka. Dalam pidato-pidato menohok tersebut, para sandera menyampaikan harapan agar pemerintah mereka mendengarkan suara kekhawatiran dan tetap menjaga jalinan komunikasi. “Saya berharap semua sandera yang masih berada di Gaza segera pulang ke rumah,” ungkap Sharabi, menyampaikan harapannya dari dalam kegelapan konflik yang berkepanjangan ini.

Dengan situasi yang terus memanas, ketiga sandera ini menjadi simbol dari harapan dan perjuangan untuk gencatan senjata yang lebih luas. Pesan mereka jelas; jalan damai dan negosiasi adalah satu-satunya cara untuk menghentikan derita yang dialami oleh semua pihak yang terlibat. Saat panggilan untuk perdamaian semakin mendesak, sikap pemerintah Israel, yang dipimpin Netanyahu, akan diuji keefektifannya dalam merespons krisis kemanusiaan yang terus berlangsung.

Exit mobile version