Siap-siap! Penjualan Elektronik Diprediksi Lesu Saat Ramadhan 2025

Riset terbaru dari Populix mengungkapkan bahwa penjualan produk elektronik di Indonesia diperkirakan akan mengalami penurunan yang signifikan selama bulan Ramadhan 2025. Survei yang melibatkan 1.100 responden ini menunjukkan adanya perubahan perilaku belanja masyarakat yang cenderung lebih selektif dan hati-hati, terutama terhadap pembelian barang-barang non-esensial.

Menurut Indah Tanip, Vice President of Research Populix, mayoritas masyarakat Indonesia tahun ini tidak ragu untuk menunda pembelian barang non-esensial, termasuk produk elektronik dan barang mewah lainnya. Sebuah data yang menarik muncul dari riset ini, di mana tren penurunan minat beli barang elektronik mencapai 9% dibandingkan tahun lalu, dengan total persentase minat beli hanya sebesar 7%.

Latar belakang perubahan ini dapat dilihat dari prioritas belanja masyarakat selama Ramadhan. Berikut adalah rincian jenis produk yang menjadi prioritas, diurutkan berdasarkan minat beli:

1. Makanan dan minuman: 87% (turun 3% dari tahun lalu)
2. Pakaian dan barang fesyen: 55% (turun 23%)
3. Perabot rumah tangga: 11% (turun 17%)
4. Barang elektronik: 7% (turun 9%)
5. Kendaraan bermotor: 4% (turun 1%)
6. Tanah dan bangunan: 2% (turun 2%)

Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa produk elektronik dan perabot rumah tangga menjadi kategori yang paling terlihat penurunan minat beli, dengan sebagian besar responden memilih untuk menunda pembelian. Khusus untuk produk elektronik, Populix mencatat bahwa lebih dari 40% responden berencana untuk menunda membeli barang-barang tersebut.

Selain itu, 32% dari responden secara keseluruhan mengaku akan menunda pembelian barang non-essensial. Sementara itu, hanya 19% responden yang tetap berkomitmen untuk melakukan pembelian sesuai rencana semula. Ini menunjukkan adanya sikap hati-hati dari masyarakat terhadap pengeluaran mereka di masa Ramadhan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk menunda belanja selama bulan suci ini. Di antara mereka, 52% responden menyatakan bahwa mereka akan mengurangi anggaran belanja untuk Ramadhan tahun ini. Rincian responden lainnya menunjukkan 17% akan memotong anggaran secara signifikan, sementara 11% akan mempertahankan jumlah anggaran yang sama seperti tahun lalu. Hanya 5% yang bahkan akan menambah anggaran mereka.

Dari hasil survei ini, Populix juga mencatat munculnya kewaspadaan di kalangan masyarakat untuk menghindari overspending selama Ramadhan. Meskipun mayoritas tidak melakukan perubahan besar-besaran terhadap anggaran belanja mereka, sifat konsumsi yang lebih selektif menunjukkan bahwa masyarakat cenderung lebih berfokus pada kebutuhan esensial.

Dalam menghadapi situasi ini, Indah Tanip mengingatkan kepada para pelaku bisnis, khususnya produsen dan peritel, untuk segera menyesuaikan strategi pemasaran agar tetap mampu menarik minat beli di bulan Ramadhan. Kualitas strategi pemasaran yang tepat dapat menjadi salah satu kunci dalam menghadapi penurunan minat beli ini.

Populix menegaskan bahwa hasil temuan ini penting untuk mempertimbangkan kebutuhan masyarakat saat merancang rencana bisnis ke depan. Selain itu, laporan ini menjadi acuan bagi para pengusaha dalam menyiapkan cara yang lebih menarik dan efisien untuk tetap terhubung dengan konsumen di tengah perubahan perilaku belanja yang terjadi selama bulan suci.

Berita Terkait

Back to top button