Skrining Kesehatan Pendengaran Anak Cegah Speech Delay

Para orangtua di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, diharapkan untuk lebih memperhatikan kesehatan pendengaran anak-anak mereka, terutama menjelang Hari Pendengaran Sedunia pada 3 Maret 2025 mendatang. Wanita yang juga Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Jaya, Prof. Dr. dr. Rismala Dewi, SpA(K), menyatakan bahwa kesehatan pendengaran sering kali diabaikan dan tidak terdeteksi, padahal berperan penting dalam tumbuh kembang anak.

Menurut dr. Rismala, sering kali orangtua lebih fokus pada aspek pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif anak, tanpa menyadari bahwa masalah pendengaran dapat berkontribusi pada keterlambatan bicara atau speech delay. "Anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran kemungkinan besar tidak mampu berbicara dengan baik karena keterbatasan mendengar mereka," ungkapnya dalam sebuah acara Pekan Bakti Sosial yang diadakan oleh Kasoem Hearing Center, PERHATI-KL DKI Jakarta di RSUD Pasar Rebo, Jakarta.

Keterlambatan bicara merupakan salah satu gejala yang dapat diakibatkan oleh gangguan pendengaran. Hal ini menjadi perhatian khusus karena komunikasi yang efektif sangat penting dalam proses belajar dan interaksi sosial anak. "Jika gangguan pendengaran tidak terdeteksi lebih awal, dampaknya sangat signifikan terhadap perkembangan kemampuan bicara anak," lanjut dr. Rismala.

Dr. Tri Juda Airlangga, Ketua PERHATI-KL Cabang DKI Jakarta, juga menekankan pentingnya skrining pendengaran sejak dini, bahkan pada bayi baru lahir. Skrining dapat membantu mengidentifikasi gangguan pendengaran sebelum anak berusia tiga bulan, yang sangat penting untuk mendapatkan penanganan yang tepat sebelum anak mencapai enam bulan. "Pada bayi-bayi dengan risiko tinggi, seperti bayi prematur, skrining pendengaran harus dilakukan sejak usia satu bulan," imbuhnya.

Berikut adalah beberapa langkah penting yang perlu diperhatikan dalam skrining kesehatan pendengaran anak:

  1. Skrining Sebelum Usia Satu Bulan: Orangtua disarankan untuk memastikan anak mereka menjalani pemeriksaan pendengaran sebelum mencapai usia satu bulan. Jika ditemukan ada gangguan, langkah intervensi dapat segera diambil.

  2. Deteksi Dini Sebelum Usia Tiga Bulan: Penting untuk melakukan deteksi gangguan pendengaran sebelum anak berusia tiga bulan agar dampak negatif pada pengembangan kemampuan bicara dapat diminimalkan.

  3. Intervensi Maksimal Sebelum Usia Enam Bulan: Setelah gangguan terdeteksi, tindakan penyembuhan harus dilakukan selambat-lambatnya sebelum anak mencapai enam bulan.

Skrining pendengaran tidak hanya dibutuhkan untuk mendeteksi gangguan, tetapi juga untuk memberikan dukungan yang diperlukan agar anak dapat berkembang dengan baik. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diperkirakan lebih dari 500 juta orang akan mengalami gangguan pendengaran yang memerlukan rehabilitasi pada tahun 2030. Ini menunjukkan bahwa masalah pendengaran adalah tantangan global yang signifikan dengan efek sosial dan ekonomi yang luas.

Orangtua perlu menyadari bahwa gangguan pendengaran sering kali sulit terdeteksi tanpa pemeriksaan rutin. Oleh karena itu, kesadaran dan edukasi mengenai pentingnya skrining pendengaran harus ditingkatkan. Komitmen untuk mengedukasi orangtua dan masyarakat tentang pentingnya pendengaran sehat akan membawa dampak positif dalam mencegah keterlambatan bicara serta mendukung pertumbuhan anak secara menyeluruh.

Dengan perhatian dan penanganan yang tepat, diharapkan setiap anak dapat mencapai potensi maksimalnya tanpa terhambat oleh masalah pendengaran. Penting bagi orangtua untuk menjadikan skrining pendengaran sebagai bagian dari rutinitas kesehatan anak, yang dapat membawa dampak jangka panjang bagi kemampuan berkomunikasi dan perkembangan sosial mereka.

Exit mobile version