Surya Saputra kini kembali memukau penonton dengan perannya yang paling emosional dalam film “Surga Ditelapak Kaki Bapak”. Kali ini, aktor yang dikenal dengan kemampuan aktingnya yang mumpuni ini memerankan sosok Nawawi, seorang ayah sekaligus suami yang harus menghadapi kehilangan mendalam setelah istrinya meninggal dunia. Setiap adegan film ini bukan hanya ujian bagi para pemerannya, tetapi juga pengalaman yang menggugah bagi penonton, mengajak mereka untuk merasakan perjalanan emosional yang harus dilalui oleh karakter utama.
Dalam film yang disutradarai oleh Denny Sumargo ini, Surya Saputra menghadapi tantangan signifikan saat harus menampilkan kompleksitas emosi yang datang dengan kehilangan. Karakter Nawawi tidak hanya berjuang untuk beradaptasi dengan hidup tanpa istri, alasan kekuatan, dan juru masak keluarga tersebut, tetapi juga harus terus mengurus dua anaknya yang masih membutuhkan bimbingan dan kasih sayang. Surya menjelaskan, “Peran ini lebih menekankan pada rasa kehilangan yang sangat mendalam. Nawawi hidup di tengah kesulitan ekonomi, berjuang keras untuk membesarkan anaknya, tetapi dia tetap berusaha tegar meski hatinya berantakan.”
Film ini juga menggambarkan dilema yang sering dihadapi oleh seorang ayah. Di satu sisi, Nawawi harus memenuhi tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga. Di sisi lain, ia juga harus berjuang dengan rasa sakit yang menyertai kehilangan orang yang paling dicintainya. Surya, yang dikenal banyak orang memerankan sosok ayah, menyadari bahwa karakter kali ini menuntutnya untuk mendalami kembali arti dari kehilangan dan harapan. “Saya butuh waktu yang cukup lama untuk berdamai dengan perasaan kehilangan. Ini merupakan pengalaman berharga, belajar bagaimana kehilangan bisa mengubah seseorang dan bahwa hidup harus terus berjalan,” ungkap Surya dalam wawancara baru-baru ini.
Proses mendalam yang harus dilalui Surya dalam mempersiapkan perannya ini juga disiplin—ia mendalami bagaimana respons emosional yang terjadi ketika seseorang menghadapi kehilangan mendalam. Dia mengakui bahwa dirinya merupakan seseorang yang tergolong lambat dalam mengatasi kehilangan. “Biasanya saya membutuhkan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun untuk move on. Namun di film ini, saya harus ingat bahwa ada tanggung jawab yang tidak bisa ditunda,” imbuhnya. Sebuah pengingat bahwa kecepatan proses pemulihan emosional bisa berbeda-beda bagi setiap orang, dan bertindak untuk keluarga menjadi prioritas utama Nawawi.
“Surga Ditelapak Kaki Bapak” menyajikan tidak hanya kisah tentang kehilangan, tetapi juga tentang harapan dan kekuatan orang tua saat berjuang untuk keluarganya meski dalam kondisi terburuk. Film ini berjalan dalam tempo yang menyentuh, menyoroti bagaimana karakter Nawawi berupaya beradaptasi dengan dunia baru yang sama sekali berbeda. Penonton diajak untuk merasakan keperihan yang harus dialami oleh Nawawi, sembari menyaksikan betapa pentingnya peran seorang ayah dalam menghadapi tragedi.
Film ini tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga bisa menjadi refleksi bagi penonton, khususnya para ayah, mengenai apa yang mereka jalani dalam kehidupan sehari-hari. Surya Saputra berhasil menyampaikan pesan ini dengan sangat baik, dan menjadi cerminan bahwa di balik setiap kesedihan, selalu ada harapan untuk bangkit dan melanjutkan hidup. Dengan peran ini, Surya membuktikan bahwa menjadi seorang ayah lebih dari sekadar tanggung jawab, tetapi juga tentang mencintai dan bertahan di tengah badai kehidupan.
Kehadiran film ini diharapkan dapat menginspirasi banyak orang, terutama para ayah dan keluarga yang sedang berjuang melewati masa sulit. “Surga Ditelapak Kaki Bapak” bukan sekadar film tentang kehilangan, tetapi juga tentang bagaimana mengukir kembali harapan dan kebahagiaan di tengah duka yang menganggap siapa pun bisa berjuang untuk keluarga.