Taiwan mengidentifikasi tahun 2027 sebagai tahun kritis yang berpotensi menjadi waktu terjadinya invasi oleh China. Pernyataan ini disampaikan oleh Kementerian Pertahanan Taiwan dalam suatu dokumen yang dirilis sebagai bagian dari pengarahan kepada anggota Parlemen mengenai kesiapan militer pulau tersebut. Di tengah meningkatnya ketegangan antara Taipei dan Beijing, kekhawatiran ini semakin meresahkan masyarakat dan pemerintah Taiwan.
Latihan militer tahunan Taiwan, yang dikenal dengan nama Han Kuang, akan berlangsung lebih lama dari biasanya, yaitu selama sepuluh hari, untuk mensimulasikan serangan oleh militer China. Ini merupakan langkah yang mencerminkan penekanan yang lebih tinggi terhadap kesiapan militer di Taiwan, negara yang telah memerintah sendiri tetapi diklaim oleh China sebagai bagian dari wilayahnya. Dalam sejarah latihan tersebut, ini merupakan kali pertama Taiwan secara eksplisit menyebut tahun yang dianggap sebagai potensi invasi.
Menteri Pertahanan Taiwan, Wellington Koo, menanggapi penetapan tahun 2027 dengan menyatakan bahwa hal tersebut adalah bagian dari strategi latihan militer jangka panjang yang dirancang untuk memvalidasi perolehan senjata dan pelatihan baru. "Latihan Han Kuang selalu menetapkan jangka waktu satu hingga dua tahun ke depan," ungkap Koo. Meskipun demikian, masyarakat dan analis politik melihat penjelasan ini sebagai tidak cukup menenangkan, dan mempertanyakan apakah penetapan tahun tersebut memiliki makna politik yang lebih dalam.
Beberapa faktor mendasari kekhawatiran Taiwan akan invasi China pada 2027. Pertama, Presiden China Xi Jinping telah menetapkan ambisi untuk menjadikan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) sebagai "militer modern" dalam waktu dekat, dengan target pencapaian menjadi pasukan kelas dunia pada tahun 2047. Kedua, pejabat Amerika Serikat telah memberikan peringatan bahwa China sedang mempersiapkan invasi pada tahun yang sama, dengan menyebutkan peningkatan dalam produksi pesawat tempur dan kapal perang, serta peremajaan armada rudal balistik yang mulai dilakukan sejak 2020.
Dalam konteks ini, berikut adalah beberapa poin utama yang menjelaskan kekhawatiran Taiwan tentang invasi China pada 2027:
-
Ambisi Militer China: Xi Jinping berambisi untuk memodernisasi militer China yang, jika terlaksana, dapat mengubah keseimbangan kekuatan di kawasan.
-
Peningkatan Aktivitas Militer China: Dalam setahun terakhir, China telah melakukan latihan militer berskala besar di sekitar Taiwan dan terus mengirim pesawat tempur menembus batas udara yang dianut Taiwan.
-
Ketidakpastian di AS: Sikap ambiguitas strategis Amerika Serikat terkait komitmen untuk membela Taiwan dari invasi membuat situasi semakin rumit. Meskipun mendorong Taiwan untuk memperkuat kekuatan pertahanannya, ketidakpastian ini mengundang kekhawatiran lebih jauh mengenai dukungan internasional.
-
Politik Dalam Negeri Taiwan: Penetapan tahun 2027 juga dapat dilihat sebagai strategi untuk mendorong peningkatan anggaran militer di tengah perdebatan politik di Parlemen Taiwan yang terpecah. Hal ini dapat mendorong feeling urgensi untuk mempersiapkan diri menghadapi potensi ancaman.
- Korupsi dalam Militer China: Meski ada kesepakatan mengenai kesiapan militer China, laporan mengenai pembersihan korupsi yang sedang berlangsung di PLA telah menimbulkan keraguan tentang kemampuan pasukan tersebut dalam menjalankan operasi militer yang efektif.
Pejabat Taiwan sebelumnya melawan anggapan bahwa China akan siap melakukan operasi pendaratan amfibi pada tahun 2027, dengan catatan bahwa banyak faktor yang harus dipertimbangkan. Namun, tampaknya Beijing terus memperkuat visinya terhadap Taiwan, seperti yang terlihat dari retorika dan tindakan militer baru-baru ini.
Sementara itu, ketegangan di kawasan terus berlanjut. Dalam beberapa minggu terakhir, Beijing menanggapi langkah-langkah politik Taiwan yang mencolok, termasuk menyebut Lai Ching-te sebagai presiden yang mengubah haluan dengan resmi menandai China sebagai "kekuatan asing yang bermusuhan". Dengan semua dinamika ini, tahun 2027 menjadi lebih dari sekadar angka; tahun itu bisa menjadi titik balik yang signifikan dalam sejarah hubungan Taiwan dan China.